Sabtu, 25 Februari 2017

Bayangmu

Di teras rumah aku melihat senyumnya yang menungguku keluar dengan riang.
Di ruang tamu aku melihat dirinya terbaring santai di sofa sambil menonton televisi.
Di kamar aku melihat dirinya berkaca sambil memoles wajahnya dengan lotion anti matahari sambil terkadang melirik ku.
Di dapur kulihat dia sibuk mengiris daging sambil sesekali bersenandung.

Pemandangan itu seperti terus berputar di kepalaku tanpa henti seperti sebuah kaset yang diputar secara terprogram. Tidak ada sudut yang pernah kosong di rumah ini setiap kulayangkan pandangan. Rasanya mimpi ini terlalu nyata untuk aku nikmati.

Wanita yang selalu kulihat ini, meninggalkan terlalu banyak hal dalam hidupku. Meninggalkan juga sebuah rongga besar dalam hidupku, dan semakin terasa besar walaupun raga ini masih tetap menjalani waktu dan kehidupannya seperti biasa.

Mungkin waktu tidak mau merasa kehilangan, mungkin kehidupan tidak perduli dengan apa yang terjadi pada sekitarnya. Mereka hanya tau cara berputar habiskan yang diberikan hingga akhir jaman tiba.

Aku sering berharap, sosok di teras itu tidak akan hilang saat kusapa. Sosok di kamar itu tidak akan hilang saat kukecup tengkuknya. Sosok di dapur itu tidak akan hilang saat kupeluk dari belakang. Tapi jangankan melakukan itu semua, selangkah aku menggerakkan kaki saja membuat aku tersadar kembali ke dunia.

Ini membuatku berpikir, kebenciannya pada diriku sudah mendarah daging tak termaafkan. Pasti sebelum tidurnya, dia pun berdoa agar kehadiranku tidak ada di dalam mimpinya. Diriku dalam mimpi saja tertolak. Siapa yang akan tahu kalau dia pun berkuasa atas kehadiran dirinya dalam mimpiku.

Aku memang menyakitinya, menyakiti sedalamnya. Bahkan tidak memberikan alasan apapun saat dia memintanya. Tapi yang dia tidak pernah tahu, menyakiti dirinya sama saja dengan menyakiti diriku sendiri. Dan inilah aku sekarang, seperti seonggok daging terprogram yang bekerja seperti robot hingga akhir hayatnya dengan rongga besar di hatinya yang membuat dirinya benar-benar terasa hampa.

Sebelum tidur aku selalu meminta dia datang ke mimpiku. Hanya mimpi mampu memuaskan aku, mengkhayalkan itu benar terjadi seperti bertatapan muka langsung.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Kondisi rumah gelap saat aku pulang dari kantor. Kulepas sepatuku, mengambil botol minum di kulkas, meminumnya, lalu kutaruh di meja dapur. Aku membuka pintu kamar, dan walau keadaan gelap aku bisa melihat ada sesosok tubuh di atas kasur yang posisinya memunggungiku.

"Dia hadir kembali", di kamarku yang kuyanikini itu pasti dirinya. Aku urung melangkahkan kaki karena kutahu aku pasti akan terbangun dari mimpi. Tapi ada sesuatu yang selalu membuatku tidak bisa menahan untuk melangkahkan kaki menuju tempat tidur dan berbaring disampingnya. Aku pun melangkah dan anehnya tubuh ini tidak terasa terlempar seperti biasa ke alam nyata.

Aroma tubuh ini terasa nyata. Iya aroma tubuhnya yang bercampur dengan sabun mandi terasa sekali di hidungku. Semburat cahaya bulan yang masuk di sela tirai jendela dan menerpa tubuhnya membuat aku yakin bahwa sosok ini benarlah dirinya. Nyaman sekali rasanya saat ini, rasa kantuk karena lelah bekerja mendera tak tertahankan dan membuatku mendadak terlelap disampingnya.

Ada bunyi kokok ayam jantan yang membangunkanku, ada juga aroma roti panggang tercium. kubuka mata dan kulihat sisi sebelahku, kosong. "benar mimpi ternyata", kuambil langkah gontai keluar kamar segera menuju dapur.

"dia sedang memasak", tertawa kudibuat oleh ilusi mataku. Dia memakai celemek bermotif bunga, sibuk menata roti panggang di piring. kubuka lemari pendingin untuk mengambil susu segar. Tunggu... apa ilusi juga dapat membuat aroma roti terasa nyata juga?? kalau betul, otakku sudah benar-benar melewati batasnya. kutoleh kan kepalaku ke arahnya, "Maaf ya.. aku datang tanpa memberitahumu dahulu, bahkan aku langsung memakai kamarmu". Sosok yang biasa menghantuiku kini berbicara persis tepat didepanku. 

Kuhamburkan diriku segera memeluknya. kupegang wajahnya dengan kedua telapak tanganku, kurasakan suhu tubuhnya mengalir melewati telapakku. Dia benar nyata. Wanita yang pergi meninggalkanku karena segala kebodohan dan kesalahanku, kembali tanpa aku tahu alasannya.

"Meninggalkanmu, hanya membuat aku terus kuatir dan membuat hidup yang aku jalani terasa hampa", yah.. aku pun merasakan hal yang sama sayang. "aku terus berpikir untuk membencimu saja, tapi justru aku semakin merindukanmu", tidak.. jangan pernah kau tinggalkan aku lagi sayang.

Tolong bantu aku kembali menjadi lelaki yang kau idamkan. Aku akan mencoba memperbaiki segala kebodohan dan kesalahan yang pernah kubuat. Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu. Kuucapkan itu dengan pebuh keyakinan, dan pelukan yang semakin erat membelit tubuhnya.

Dan seketika, aku terbangun. Masih di meja kantor, dengan segala kehampaan yang kembali memasuki relung hati.

END