Sabtu, 31 Desember 2016

31 Desember (Part 5)

aku masih ingat sekali bagaimana aku menghabiskan hari terakhir sebelum pergantian tahun itu. di pagi harinya kami sarapan tanpa banyak bicara, bahkan saat check out hotel kami sempat beradu mulut siapa yang mau membayar biaya penginapan. saat itu aku memang memegang uang tunai lebih, jadi menurutku biar pakai uangku saja daripada harus menunggu dia mengambil uang di ATM terlebih dulu. "mesin debit nya sedang bermasalah pak", begitu kata resepsionis. wajahnya semakin masam sehabis itu, di jalan dia bilang, "tolong biarkan aku terlihat berguna sebagai laki-laki, aku bisa membayar itu, aku sekarang sudah punya cukup uang walau tidak banyak". "iya aku tahu, maaf ya.. lain kali kamu harus mentraktirku makan enak di Jakarta", sahutku sambil mengusap punggungnya.

hari itu entah dia sadar atau tidak, aku menggunakan kesempatanku bermanja dengannya. aku tidak ingin dia mengantarku nanti dengan mood yang tidak enak seperti ini. lalu aku pun iseng memfoto dirinya dari pantulan di spion motor, biar nanti dia lihat wajahnya yang masam. "nih, muka kamu kalau manyun. gantengnya hilang deh.. tapi aku nya jadi makin gemes", kusodorkan handphoneku ke depan mukanya. dia melirik sekilas, lalu tersenyum. "ah jangan kalau gitu, masa nanti kamu lihatnya foto aku lagi manyun kalau kangen. ayok foto lagi". dan aku pun kembali memfoto dirinya dengan angle yang sama, tapi dengan wajahnya yang tersenyum.

perjalanan ke rumahnya sedikit lebih lambat, sepertinya dia sengaja membawa laju motornya di bawah standar. biarlah.. tidak mengapa, kugunakan kesempatan ini untuk memeluk tubuhnya, merasakan punggungnya yang lebar di pipiku, menghirup aroma tubuhnya, serta wangi pengharum di pakaiannya. aku mencoba merekam semua itu di pikiranku, tidak boleh tidak.

di rumahnya ternyata sepi, kawan-kawannya sedang keluar menyiapkan acara tahun baru nanti malam di rumah seorang kawan yang lain. hari ini dia akan masuk sore, dan baru kembali sekitar pukul 9 malam. tandanya aku punya banyak waktu sendiri nanti, lebih baik aku mulai menyiapkan bahan makanan nanti sore saja pikirku. "jadi nanti yang akan di rumah siapa saja?, kalau tidak banyak lebih baik bahan makanan kita dibagi ke tempat kawanmu", kataku kepadanya saat dia sedang mencuci pakaian. "ahh kalau tidak ada orang ya aku saja yang habiskan sendiri, kalau tidak sanggup bisa disimpan buat makan esok hari lagi", jawabnya sambil memasukkan sabun ke mesin cuci. "mana pakaian kotormu? sini biar kucuci sekalian", tanyanya padaku. "enggak usah, biar nanti aku cuci sesampai di rumah saja", kataku. "bawa pakaian kotor itu berat, mending dicuci biar ringan.. lagian juga sekalian ini, mataharinya juga bagus pasti cepat kering", alasannya padaku. akhirnya aku pasrah saja saat dia memasukkan plastik baju kotorku ke mesin cuci.

salah satu hal yang membuatku juga senang kepadanya, bahwa dia bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. bahkan bisa dibilang hasil kerjanya lebih rapih daripada aku yang perempuan. aku sebagai perempuan paling tidak suka mencuci dan menyetrika. tapi lain hal dengan dirinya, dia sudah terbiasa mencuci pakaiannya sendiri dari remaja. "risih", menurutnya kalau harus dicuci orang lain. hanya saja kalau aku yang memberikan alasan itu kepadanya, malah cibiran yang aku dapat.

pukul 2 siang, sembari menunggu dia selesai mandi untuk pergi ke kantor, aku menggorengkan ayam dan tempe goreng untuk makan siangnya. dia tidak menyelesaikan berpakaiannya, hanya bercelana pendek dan bertelanjang dada dia menyantap apa yang telah kusiapkan. "aku nambah ya.. kan tidak ada orang lagi", katanya dengan ekspresi seperti anak kecil. kalian tau tidak? aku sangat menantikan wajah saat dia sedang memakan masakanku, wajah yang menunjukkan seolah masakanku lah yang terenak, sekalipun itu cuma lauk sederhana dan rasanya biasa saja. entah bagaimana aku bisa mendapatkan sensasi ini lagi nanti ketika aku kembali rindu padamu, sedangkan kita berjauhan satu sama lain.

"aku absen sebentar, nanti aku kembali lagi sembari menunggu kawanku kembali", dia pamit setelah selesai makan. selang 5 menit dia pergi, kawannya datang bersama 2 kawannya yang lain. "kakak sendiri saja dirumah? sudah berangkat ya dia?", tanyanya. "mau absen dulu katanya, nanti kembali lagi", jawabku. tidak lama dia benar kembali, dia juga mengatakan pada kawan rumahnya tidak banyak kerjaan di kantor, jadi dia berniat kembali jam 4 saja nanti. aku sebenarnya agak kuatir dengan cara dia bekerja seperti itu, tapi menurutnya itu sudah biasa dan kebanyakan karena rumah para karyawan itu dekat jadi saat istirahat mereka kembali ke rumah.

saat kawan rumahnya ingin keluar, dia sempat mengingatkan, "jangan lama-lama, kasian nanti nonaku di rumah sendirian". "ikut kita saja yuk kak, main golf. cuma sebentar nanti sebelum magrib pun kita kembali", katanya. aku menggeleng, "ditunggu di rumah saja". dan jam 4 lebih sedikit, dia pun kembali ke kantor, meninggalkan aku sendiri di rumah. sebelum pergi dia mengingatkan untuk mengunci semua pintu, dan bila ada yang mencari tidak perlu dijawab.

saat magrib, kawan rumahnya kembali mengetuk pintu rumah. aku pun segera keluar kamar dan membukakan pintu. kulihat peluh membasahi tubuhnya, diapun membuka pintu depan dan membuka bajunya untuk menganginkan badan. aku yang melihatnya sedikit malu dan memilih masuk ke kamar dan menutup pintu.

aku mendengar ada orang mandi, kupikir itu pasti kawannya yang tadi pergi mandi. setelah aku yakin dia sudah masuk kamarnya, aku keluar dan menggorengkan ayam kembali dan membuat telur dadar untuk makan malam. kutawarkan pada kawan rumahnya, dan dia hanya bilang "iya nanti dulu, bareng dengan yang lain". dan ternyata kata bareng dengan yang lain benar adanya, dia dan kawan rumahnya yang lain kembali ke rumah pukul 8 malam. mereka makan bersama, begitupun dengan aku yang bergabung dengan mereka.

"ada kerjaan mendadak nih, kayanya aku agak telat pulang. paling tidak jam 10 aku baru sampai rumah", dia mengatakan itu padaku. dia juga berkata pada kawannya, kalau nanti giliran shiftnya yang akan melanjutkan pekerjaan mendadak itu. aku hanya bisa mencoba memaklumi. dan tidak lama aku kembali ditinggal sendiri di rumah.

pergantian tahun tinggal beberapa jam lagi, di handphoneku sudah ramai teman-temanku yang asik dengan liburan mereka menyambut pergantian tahun baru. sedangkan aku, aku hanya berharap bisa menghabiskan detik-detik pergantian tahun dengan orang yang paling aku cintai. yang sekarang belum datang, karena sibuk dengan pekerjaannya.

"aku pulang nih.. bukain pintunya dong", suara khasnya mengagetkanku yang sedang mendengarkan musik. saat kubuka pintu dia langsung memelukku, "maaf ya jadi nungguin lama". aku membalas pelukannya dengan ciuman di pipi, "bau asem.. bersih-bersih sana", kataku. dia memberikan salam hormat sambil berkata, "oke bos!".

setengah jam lagi tahun sudah berganti, kami menikmati pergantian tahun dari teras rumah. kembang api sudah mulai dinyalakan. bunyi alunan musik dari acara kantornya yang diadakan di lapangan komplek masih terdengar. kami hanya saling menyenderkan badan satu sama lain, menggenggam tangan. tidak terasa bunyi terompet saling bersahutan pertanda tahun telah berganti. kami saling pandang, dan mengucapkan selamat tahun baru. "semoga kita jadi orang yang lebih baik lagi ya.. dan semakin sayang satu sama lain", katanya. "semoga pekerjaan dan rejeki kita juga semakin bagus, jangan pernah berubah ya", kataku kepadanya. iya jangan pernah berubah, satu kalimat yang sedikit aku tekankan. aku takut semua akan berbeda nantinya, tentang kita, tentang hubungan ini.

hanya 5 menit setelah tengah malam lewat, kami memutuskan masuk ke dalam rumah. dia kembali memakan makanan yang awalnya disiapkan untuk kumpul tahun baru, apa daya kebanyakan kawan-kawannya ada yang bmasuk kerja dan memiliki acara sendiri. aku masih menatap keluar jendela menikmati aksi kembang api. cukup meriah dan bagus, tidak kalah dengan Jakarta. langit malam itu berwarna-warni, silih berganti.

aku bilang padanya kalau aku mengantuk, ternyata dia pun begitu. kami pun akhirnya masuk ke kamar, ini pertama kalinya aku merasakan tidur di kamarnya setelah hampir 5 hari aku berada disini. kasurnya cukup untuk berdua, yang ternyata aku baru tau kalau kasur ini baru dibelinya saat dia tau aku setuju untuk datang ke tempatnya. saat ini kami saling berhadapan di atas kasur, aku menatap wajahnya, menikamti setiap lekukan yang ada. alis yang tebal, mata yang sayu, hidung yang besar yang suka aku ledek boros oksigen, bibirnya juga mungil sepertiku, tapi warnanya lebih merah daripada aku. dalam hati aku mengatakan maaf terus menerus, maaf dengan alasan yang banyak sekali yang tak bisa aku utarakan.

"kamu kok sedih?", ucapannya membuyarkan lamunanku. "enggak sedih kok, kenapa bilang gitu?", aku mengelak. "iya kamu keliatan sedih, malah sampe bengong", katanya lagi. aku tidak berani berkata, takut air mata ini tumpah dan dia melihatnya. kuputuskan untuk menaruh kepalaku di dadanya, kunikmati setiap hela nafas dan detak jantungnya hingga akupun tertidur.


....... bersambung

Jumat, 30 Desember 2016

30 Desember (Part 4)

Aku terbangun karena rasanya udara menghangat, aneh sekali.. kulihat jam di handphoneku yang kutaruh di bawah bantal. Pukul 6 pagi, dan aku tidak mendengar sama sekali alarm ku berbunyi. Aku membalikkan badan ku ke arah jendela, dan betapa aku kaget melihat ada dirinya duduk dengan manis di lantai sambil terus menatapku.

"Ahhh ngapain sih ngeliatin gitu, gak suka ah", sungguh sebenernya bukan aku tidak suka kala itu tapi aku malu. Malu karena kau harus melihat wajah bangun tidurku atau wajah saat aku tertidur yang aku pun tidak tahu pasti seperti apa rupanya. Lalu kau beranjak dari duduknya dan menyelusup ke balik selimut disebelahku. "Selamat pagi nona.. tidurnya pules ya kalo enggak ada yang ngorok", dia mengatakannya sambil menempelkan hidungnya di hidungku. "Gak jadi pulang semalem? Katanya kerja pagi", aku berusaha mengalihkan pembicaraan walau dengan mata tetap terpejam. "Tadinya gitu, pas aku liat kamu menggigil aku matiin ac eh tapi kasian kalo sendirian ditinggal. Ya udah aku nginep aja", jelasnya dengan santai. Aku menyuruhnya segera mandi biar dia tidak telat kerja, dan dia pun segera bangun menuju kamar mandi.

Aku kembali tidur saat dia mandi, tak lama aku merasakan badanku berat. Ternyata ada dia memelukku dari atas selimut. "Ihh berat tau, iseng ah", aku sedikit berteriak. "Ah semalem kamu diam aja pas tidur aku peluk begini, malah enak kan jadi hangat. sekarang jadi galak", ujarnya. Sungguh aku tidak sadar akan hal itu, tapi memang rasanya tidurku nyaman sekali semalam bahkan aku sempet bermimpi indah piknik berduanya di sebuah taman.

Aku sudah tidak bisa tertidur setelah itu, dia pun sudah siap berangkat kerja. Kutawarkan untuk mengecek sarapan hotel di restoran dulu, mana tahu sudah siap. Tapi dia bilang tidak sempat takut terlambat, jadi kutawarkan untuk menyimpan jatah sarapannya di kamar untuk dimakan siang nanti dan dia pun setuju. "Tunggu aku nanti saat istirahat siang, aku kembali ya nona", katanya sambil melambaikan tangan di depan pintu. Dia tersenyum gembira, aku pun begitu. Ada rasa bahagia menyemburat di tubuhku, terlebih panggilan nona darinya yang membuaikan membuatku berpikir hanya akulah miliknya

Hari sudah hampir tengah hari, perutku terasa lapar. Saat sarapan tadi aku hanya makan sedikit, kurang selera karena perut ini masih terasa kembung dan akibatnya sekarang perutku meronta minta diganjal. Kucoba mencari warung di sekitar hotel, nihil. Padahal kalau di jakarta ritel swalayan dengan mudah ditemukan dalam jarak 20 meter. Disaat aku arah balik ke hotel aku melihat tukang somay mendorong gerobaknya, kutanya apakah masih ada dan kubeli saja tahu, kol, serta kentang. Aku tidak berniat membeli somaynya, teringat bakso yang pernah kumakan dan ternyata zonk. Kemudian aku kembali ke kamar hotel.

Tahu yang kubeli ada sedikit adonan somay, saat kucoba aku langsung bersyukur tadi tidak membeli somaynya juga. Hehe.. aku rasa kalian paham bagaimana rasanya dari perkataanku ini. Dan tepat pukul 1 dia kembali ke hotel, dia pun langsung bersih-bersih dan memakan sarapan nya yang sudah mendingin. Ketika kutanya apa rasanya makan makanan yang sudah dingin, dia hanya menjawab dengan jempol diacungkan. Rasa lapar memang bisa mengalahkan segalanya.

"Kamu ngapain aja daritadi sendirian?", tanyanya setelah selesai makan. "Nonton film, mandi, nonton lagi terus cari cemilan", jawabku. "Berarti belum makan siang?", tanyanya lagi. "Udah tadi beli somay abang-abang lewat", sahutku. "Enak gak?", dan pertanyaan itu aku jawab dengan cengiran khas ku.
Dia kembali ke kantor tak lama setelah itu, jam 4 dia berjanji kembali ke hotel lagi. Dia juga bertanya apakah ada yang mau dibelikan, dan kujawab tidak. Aku mau memesan makanan dari restoran saja untuk malam nanti, dia pun berkata oke. Dan benar saja, jam 4 dia sudah kembalu ke hotel dengan pakaian yang sudah berganti. Kutanya apakah dia pulang terlebih dahulu, dia menjawab, "iya tadi aku mandi dulu, enggak betah badanku kotor sekali terkena debu dari alat pabrik".

Malam yang tenang, aku menyenderkan kepalaku di dadanya sambil menonton tv. Dia juga asik makan kacang yang dibelinya di perjalanan kembali ke hotel. Tok tok tok. Bunyi pintu kamarku diketuk. "Yeayyy makan malamnya sudah jadi", sambutku sambil membuka pintu. Malam itu kami makan mie titi, sejenis mie yang mirip dengan i fu mie. Aku lupa kalau mie dengan kuah kental ini lama sekali dinginnya, saat aku menyuapkan ke mulut alhasil lidahku terbakar. Dia terlihat panik dan segera membukakan air mineral untukku. Dan setelah itu aku dinasehatinya agar lebih berhati-hati.

"Aku akan pulang tgl.1, bisa carikan aku tiket?", Ucapku saat kami akan beranjak tidur. "Memang kamu sudah dicari kantormu?", Tanyanya. "Enggak sih, tapi paling tidak aku mau istirahat dulu di rumah sebelum kembali beraktifitas lagi", jawabku. "Nanti aku coba carikan, berarti besok kita check out kita habiskan malam tahun baru di rumahku saja", dia berkata seperti itu dan kulihat ada rona kecewa di wajahnya. Dan setelahnya kami tidur saling memunggungi, hening, tanpa pembicaraan lagi.



...... bersambung

Kamis, 29 Desember 2016

29 Desember (Part 3)

Pukul 3 pagi.. dan aku belum bisa tidur juga. Sesekali aku menatap dia yang tidur di ranjang sebelahku, tidur begitu damai seperti bayi dengan selimut yang menggelung di badannya. Jangan bandingkan dengan kasurku yang sudah kuacak-acak karena kesal. Total 4 kali aku mencoba memencet hidungnya agar berhenti mendengkur, tapi hanya 2 kali yang berhasil setelah itu tidak berpengaruh. Aku sudah mencoba mengeraskan volume tv, lagu di handphone, dan bernyanyi sendiri berharap dia terbangun. Karena terlampau kesal, aku membuang selimut dan bantalku ke bawah kasur. Menyerah, aku menonton siaran bola yang notabene aku tidak suka.

Bunyi adzan subuh sayup kudengar dari arah luar hotel, aku pun bergegas mengambil air wudhu dan berharap amarah ku mereda sebelum fajar menyingsing. Kuambil mukena ku dari tas, tapi ternyata sajadah kecilku tidak terbawa didalamnya. Terpaksa kucari handuk bersih yang belum terpakai dan kujadikan alas sholat. Saat berdoa selesai sholat, aku tidak lagi mendengar dengkurannya. Kulirik dia yang masih terlelap, aku berdiri dan merapihkan selimutnya. Aku pun berniat tidur walau sekejap, setelah merapihkan mukena.

Baru saja aku memejamkan mata, aku mendengar suaranya menegurku, “ini yang tidur sampe selimutnya kemana-mana”. Aku tidak membuka mataku, dan kurasakan dia mulai menyelimutiku. Aku pura-pura terbangun, walau rasanya hati menjadi dongkol kembali. Mataku mengerling padanya lalu aku membalikkan badan. Tiba-tiba dia membaringkan tubuhnya di sebelahku, dan reflek aku mendorongnya hingga terjatuh lalu kukatan, “jangan ganggu, baru mau tidur nih”. Dia terlihat bingung menatapku, dan akhirnya memilih mengalah kembali ke kasurnya.

Mungkin sekitar 1 jam setengah aku terlelap, saat terbangun aku melihat dia sedang menonton tv. Dan kata pertama yang dia ucapkan adalah, “selamat pagi, maaf ya.. pasti kamu tidak bisa tidur semalaman karena aku ngorok”. Masih nampak kekesalan di wajahku, aku pun berkata, “sampe capek aku bikin berisik semaleman tapi gak kebangun juga”. “harusnya kamu tendang aja aku pas ngorok”, begitu jawabnya dan memang aku sempat terpikir seperti itu semalam tapi sayangnya aku tidak tega.

Jadwal hari itu dia mengajak ke pasar dan membeli  umpan untuk memancing. Iya kami mau memancing, dan dia juga mau aku masak untuknya. Padahal yang aku tahu sebagai laki-laki dia juga senang berkutat di dapur. Dulu sewaktu masih sama-sama di Jakarta, dia bahkan sering membuatkan aku sarapan yang akan kumakan sembari dia mengantarku ke kantor. Tapi kali ini dia mau aku memasak untuknya, terserah masak apa, yang penting aku membuatnya pakai cinta. Lucu.

Waktu menunjukkan pukul 11 siang, aku baru selesai membereskan barangku. Aku bilang padanya untuk mencari penginapan lain yang lebih murah, karena keuanganku menipis kalau harus terus menginap disitu. Sekalipun dia berniat membantu membayarkan, akhirnya dia pun setuju untuk pindah penginapan. Yang lebih dekat dengan rumahnya tentu saja. Dan kami pun segera check out.

Pasar disini kurang lebih sama dengan pasar tradisional pada umumnya. Aku membeli daging, telur, dan sayur. Oh iya tidak lupa bumbu dapur dan teman-temannya. Sehabis itu aku menemainya membeli umpan pancing. Dan langsung menuju ke rumahnya setelah keperluan kami terbeli semua. Tiba di rumah aku langsung menyiangi bahan masakan, tapi untuk makan siang aku hanya membuatkan pizza mie. Iya bahan-bahan itu untuk dipakai saat malam pergantian tahun nanti memang niatnya. Kebetulan di rumahnya belum ada kulkas, jadi dia berinisiatif menitip pada tetangganya.

Ketika dia sedang makan, kawan-kawan serumahnya datang, jadi sekalian saja kusuruh makan siang juga. Untungnya cukup, walau sempat kudengan dia berkata, “jangan dihabiskan, ini dibuat khusus buatku pakai cinta”. Aku tertawa mendengarnya di balik kamar, lalu kuhampiri dirinya dan kuusap rambutnya. Selesai mereka makan aku berniat mencuci piring dan bekas peralatan masak, tapi dicegah olehnya. Katanya, “kamu sudah masakin buat aku, jadi tenagaku penuh dan giliranku buat mencucinya”. Ah ya, melihat pemandangan seperti ini membuatku berkhayal seperti pengantin baru. Susah senang ditanggung bersama, tapi sayang itu hanya angan semata.

Aku menunggunya selesai mencuci piring di kamar, tak lama dia pun masuk dan duduk di depan kipas angin. Gerah rupanya. “mau mancing sekarang atau nanti?”, tanyanya. Aku bilang boleh saja kalau mau sekarang, toh nanti kita harus cari penginapan lagi. “kamu enggak nyaman yah kalau tdur disini saja?”, tanyanya lagi. “aku tidak enak dengan kwan-kawanmu, lagipula rumah ini selalu ramai dengan tamu”, kataku. Dan pembicaraan pun selesai.

Hari ini dia masih libur, jadi bisa menemaniku seharian. Kami sudah duduk di jembatan pinggir jalan dengan pancinga di tangan kami. Sayang air masih terlalu surut, jadi tidak banyak ikan yang mencari makan di bawah jembatan. Dan kami pun pulang dengan tangan hampa, dengan bonus muka yang tersengat panas matahari.

Sehabis menaruh peralatan memancing di rumahnya, aku meminta dia untuk membeli makan malam dahulu untuk dimakan di penginapan nanti. Baru habis itu kami berkeliling mencari temapt aku bermalam. Setelah penginapan ketiga, akhirnya dia setuju aku menginap disitu. Dia takut kalau harus meninggalkan aku sendiri di penginapan yang posisinya terlihat tidak aman. Dan ternyata tempat aku menginap adalah hotel baru di kota itu, jadi tampilan dan fasilitasnya masih gres.

Kami makan bekal yang kami beli tadi di kamar, akhirnya aku bisa makan makanan yang rasanya Jakarta sekali. Nasi uduk Lamongan, ahh mantap jiwa. Pedasnya si sambal langsung membuat rinduku pada Jakarta terbayarkan. Dia terkekeh melihat aku makan dengan semangat. Tidak butuh waktu lama untuk kami menghabiskan makan malam kami. Setelah itu dia bertanya apakah aku masih mau keluar lagi atau tidak, kutanya “memang kita bisa kemana?”. Cari cemilan katanya.

Dan sekarang aku sudah berada di atas jok motor menembus dinginnya angin laut dikala malam demi mencari minuman hangat. Padahal tanpa minuman hangat, punggung di depanku ini terlihat lebih menggiurkan dan dijamin hangat samapi ke hati. Hehe. Kami berhenti di dekat demaga, lalu dia memesan 2 buah gelas minuman yang baru kutahu namanya Saraba. Minuman ini seperti bajigur wujudnya, tapi rasa jahenya kuat seperti wedang ronde. Kira-kira begitu menurutku. Aku tidak menghabiskan minumanku, karena mendadak perut ini terasa kembung. Aku memintanya mengantar ke apotik terdekat, badanku mulai tak enak seperti masuk angin.

Di hotel aku segera minum obat yang kubeli, dan menutupi tubuhku dengan selimut. Dia juga membantu menyelimutiku. Aku mengatakan, “kalau kamu kerja pagi nanti tidak apa pulang saja, aku juga mau tidur”. “aku tunggu sampai kamu tidur, baru nanti aku pulang”, begitu jawabnya. Obatku tampaknya mulai bereaksi, aku pun terlelap dan berdoa semoga sakit ini tidak akan membuat dia kerepotan.


...... bersambung

Film Absurd: SWISS ARMY MAN

kalau kamu ngerasa diri kamu cukup absurd, atau suka film absurd, atau malah kegiatan browsing absurd kamu mengantarkan ke blog ini, terimakasih anda layak dapat bintang.
buat yang udah nonton film ini, gw gak tau apakah hal yang sama juga lo alami. tapi buat yang belum nonton, gw juga bingung nyaraninnya. tapi lo mesti nonton deh, anggep aja lo nonton ini karena kangen sama aktingnya si harpott, atau apalah.



Ini film keluaran 2016 yang belum lama gw tonton dan memberikan efek bengong, mikir, ketawa, kesel, tapi tepuk tangan sendiri pas udah selesai. jujur aja gw nyetel film ini secara random di hard disk abang gw, tanpa tau siapa yang main, apalagi sinopsisnya.

jadi alkisah, pembukaan film ini lo langsung disuguhkan sama seseorang yang tampak terdapar di suatu pulau dan mau bunuh diri (Paul Dano sebagai Hank), terus ada sesosok tubuh yang terdampar di bibir pantai. berpikir mungkin itu adalah 'sesuatu' yang bisa nyelametin dia dideketin lah ceritanya. ternyata sesosok tubuh itu udah jadi mayat (Daniel Radclife sebagai Manny). dan adegan-adegan selanjutnya membuat lw berpikir untuk menganggap apakah harus ikutin jalan pikiran si orang terdampar, atau menganggap itu semua cuma khayalan si orang terdampar.

film ini cukup konyol menurut gw, gimana si mayat bisa jadi teman yang hebat, memotivasi si orang terdampar untuk mewujudkan impian dia. dan gimana si mayat terlihat sangat 'berguna' bagi si hidup, mungkin itu juga alasan dibikin judulnya swiss army man. kayak yang kita tau pisau lipet serbaguna luaran sana itu, cuma ini versi orang. yang membuat gw takjub adalah kemampuan kentut si mayat yang luar biasa, sampe bisa dikendarain si orang terdampar macem jet ski. kalo lo berpikir semua itu khayalan si orang terdampar, silahkan lo nikmatin sampai film ini selesai dan lo buktiin gimana sebuah film bisa mengecoh pikiran lo.

pas film ini baru mulai gw langsung ngenalin pemain cowoknya, itu Dano!! iyah Paul Dano, pertama kali gw liat dia di film Little miss sunshine, abis itu di Taking woodstock dan setau gw peran2 dia di film memang cukup aneh bin nyentrik. jadi gw penasaran bakal jadi kayak apa film ini kalo ada dia. dan selanjutnya jeng jeng ada si harpott alias Daniel Radclife. gw langsung pesimis gitu, jujur aja dari beberapa film yang dia bintangin setelah Harry Potter gw ngerasa masih kebayang dia jadi harpott aja gitu. tapi ternyata gw ditipu... akting dia di swiss army man sebagai mayat, gw acungin jempol. he's so real.. takjub gw, ampe gw mikir dia gak malu yah akting kaya gitu. karena notabene akting dia di film ini banyak hal yang cukup menjijikan (kelakuan Dano sama Daniel sih).

sambil nulis ini, gw iseng sih ngecek tempat dimana kalian bisa download filmya, dan ternyata gak susah dicari. jadi monggo kalian streaming atau download sendiri. kalau gw taro link nya juga ntar dianggap menjamurkan perbajakan lagi. dan buat yang masih enggak ada bayangan film kaya apa ini, gw kasih trailernya yah


oia di film ini juga banyak kata-kata yang meaningfull kalau kita sadar, dan ini beberapa yang gw suka:

Manny: If my best friend hides his farts from me then what else is he hiding from me, and why does that make me feel so alone?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hank: Manny I think your penis is guiding us home. (dan ini serius.. mereka menggunakan penis manny yang tegang sebagai GPS)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Manny: My names Manny and this is my best friend Hank. I used to be dead and he brought me back to life.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hank: Maybe that's just something the brain invents to survive.
Manny: Yeah. Like maybe your brain invented me to distract you from the fact that eventually your eyes are gonna stop blinking and your mouth will stop chewing and your blood will stop pumping and then you're gonna shit yourself. And that's it.
Hank: No. No, that's not it. Because then my organs are going to shit themselves.
Manny: And then your cells will shit themselves, and then all your shit's gonna get mixed in with everyone else's shit till there's nothing left of you, and then that's it.
Hank: I don't know, man. That sounds kind of nice, everyone's shit mixing, because then someday some of your shit is gonna meet up with some of my shit, and we'll have something to look forward to, you know?
Manny: You're disgusting.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hank: Every day, you ride the bus and count the minutes, hoping you'll see her again. She smiles, and you feel a strange tingle up the back of your neck. Something carnal inside of you causes your body to break out in sweats. You feel like the luckiest man in the world. She sits alone, just like every other day, and looks out the window lost in her thoughts. You know that look. She's just as alone as you are. But she doesn't have to be. You could talk to her. Tell her you'd love to sit next to her today and every other day, because life is short, and no one deserves to ride the bus alone.

Rabu, 28 Desember 2016

28 Desember (Part 2)

Lampu di handphone ku menyala, tanda ada pesan yang masuk. Saat itu pukul 1 dini hari. Mataku belum terpejam, bahkan bisa dibilang tidak mengantuk sama sekali. Kuambil handphone ku lalu kubaca pesan yang ternyata darinya. Pesan itu berbunyi “sudah sedekat ini tapi masih saja tidak bisa bersama, aku rindu kamu. Sungguh”. Aku tersenyum, sambil segera membalas pesannya, “kan barusan ketemu, masa masih rindu. Gimana kerjaanmu malam ini?”. Ting. Pesan baru sudah masuk kembali, “enggak fokus, kepikiran kamu. Belum tidur?” dan kujawab “nanti penilaianmu jelek kalau males kerja. Belum ngantuk nih”. Agak lama dia tidak membalas pesanku, sekitar 10 menit kemudian pesan baru masuk, “tidur sana, kita akan pergi jauh nanti. Jangan sampai malah kamu tidur di jalan. Selamat tidur :* “.

Hehe.. membaca pesan itu membuatku lupa membalas, dan sepertinya dia menunggu balasanku karena pesan selanjutnya begitu terlihat tidak sabaran, “aku beneran ditinggal tidur nih?”. Langsung saja kubalas, “iya aku tidur duluan yah, kamu kerjanya yang fokus. Hati-hati”. Kutarik selimutku menutupi muka. Cuaca diluar terasa dingin, mungkin karena dekat dengan laut tapi entah kenapa tubuhku rasanya hangat. Yah mungkin karena cinta.

Alarm di handphone ku berbunyi, tersetting pukul 5 pagi seperti alarm aku biasa bangun untuk berangkat kerja. Tubuhku tampaknya terlalu tidak sabaran hari ini, beda sekali dengan bangun pagi di ibukota. Aku mengecek kotak pesan, tidak ada yang baru. “mungkin dia sibuk”, pikirku. Sarapan pagi pasti belum tersedia, dan kebetulan aku juga bukan orang yang biasa sarapan. Tapi apa boleh buat, tidak sarapan saat di hotel itu sebuah kerugian dan aku bingung harus melakukan apa untuk menunggu satu setengah jam lagi kira-kira.

Aku menyalakan tv kabel, membuka jendela, lalu pergi ke kamar mandi. Membuang sesuatu yang harus dibuang, iya itu saja yang kulakukan. Sambil bermain game di handphone, ritual ini bisa memakan waktu hingga setengah jam. Ide bagus bukan?.

Jam di handphone menunjukkan pukul 05.35, kuketik pesan untuknya “aku sudah bangun, kayanya kepagian. Kamu masih di kantor?”. Pesan dikirim. Ku tuntaskan hajatku, lalu kembali menggelung di kasur. Pesanku tidak terbalas hingga pukul 6 pagi.

“aku mandi dulu, baru nanti aku ke hotel yah”, begitu katanya. Kujawab, “iya, jangan sarapan. Bareng saja nanti disini”. “ok”, singkat dibalasnya. Aku masih malas mandi, lantai kamar mandinya tadi dingin sekali dan sendal kamar tidak sengaja terguyur air olehku. Air panas yang ada pun tidak membuat keinginan untuk mandi datang. Jadi kuputuskan menunggu dia saja, lalu sarapan. Mungkin perut yang terisi membuat badanku jauh lebih hangat untuk mandi nanti.

Pukul 7 lewat 15 menit, ada yang mengetuk pintu kamar ku. Kukira dia ternyata bukan. Room service menanyakan apakah mau dibersihkan sembari aku sarapan. Teringat genangan air di kamar mandi, jadi kuputuskan untuk membersihkan dan aku pergi ke restoran sembari menunggunya. Di restoran ternyata ramai, petugas hotel meminta kartu makanku tapi aku mengatakan hanya ingin melihat saja. Lalu akupun beranjak ke lobby hotel.

Dan akhirnya aku memutuskan sarapan terlebih dahulu. Bukan karena lapar, tapi terlampau salah tingkah karena dia tak kunjung datang. Kulihat jam tangan, pukul 9 pagi. Pesan dan telepon ku padanya tidak mendapat jawaban. Sedikit dongkol, aku menyelesaikan sarapanku lalu kembali masuk ke kamar. “apa dia sengaja mau membiarkan aku sendirian disini?”, sempat terpikir bahwa dia menjahatiku.

Sekitar 10 menit aku dikamar, handphoneku berdering. Suara di ujung mengatakan, “aku diluar nih, bukai dong pintunya”. Kubuka pintu kamar, dan dia yang sudah membuatku kesal Cuma memamerkan deretan giginya yang rapih. “maaf ya lama.. aku isi bensin dulu tadi”, begitu alasannya. Aku menyuruhnya untuk sarapan sendiri sembari aku mandi. Dia kaget ternyata aku belum juga mandi dan tega karena sarapan duluan, tapi dia segera ke restoran saat kubilang semua menu makanannya hampir habis. “makan yang banyak yah, sekalian perbaikan gizi wahai anak kos”, kugoda dia sambil menutup pintu kamar dan bergegas mandi. Hanya butuh waktu 15 menit untuk aku mandi dan bersiap, lalu kususul dia ke restoran. “belum selesai juga makannya?”, kutanya sambil menarik kursi untuk duduk. “katanya suruh perbaikan gizi, ini belum semuanya dicoba”, jawabnya dengan mulut penuh makanan. Aku tersenyum simpul. Sekilas kulihat tubuhnya sekarang, tidak seperti orang kekurangan makan sebenernya. Malah tubuhnya kini lebih berisi, pipinya saja semakin bulat. Dan tanpa sadar aku pun tertawa. Dia bingung melihat ku tertawa sendiri tapi tidak berani menanyakan ada apa.

Sekarang kami sudah siap untuk menjelajah, aku duduk manis di sebelahnya sambil ngemil kacang yang dia beli di warung kelontong tadi. Kutanya mau kemana, dia hanya bilang “pokoknya jauh, yang penting sama aku”. Jalanan disini menurutku sudah bagus walau tidak terlalu lebar. Semuanya sudah di aspal, hanya saja bila berpapasan dengan kendaraan lain sering mengagetkan. Laju pacu mereka tidak ada yang lambat, mungkin karena dipikir masih jarang kendaraan disini, terutama untuk roda 4.

“wah jangan-jangan kita terlewat, daritadi kok enggak ada papan penunjuknya yah? Ini sih kita udah beneran jauh banget jalannya”, entah dia bicara sendiri atau denganku. Dia memutar balik mobil, dan sekitar 4 km kemudian dia memasukkan ke jalanan rusak dengan papan penunjuk yang sudah mulai apuk. “ini dia tempatnya, surga tersembunyi..”, aku masih penasaran dengan perkataannya tapi ternyata itu memang surga tersembunyi. Hamparan pasir putih, air yang jernih dan tidak terlalu dalam, didukung langit yang sangat cerah saat itu, membuat pemandangan pantai yang sungguh mempesona.

“coba kita bawa serokan, terus bisa bakar ikan sekalian deh”, kataku padanya saat melewati jembatan kayu kecil. Air di bawah jembatan didiami ikan-ikan seukuran telapak tangan yang hilir mudik, banyak sekali. Kami berdua berjalan menyusuri pinggir pantai lalu berhenti untuk duduk di atas dahan kelapa yang sudah ambruk. “aku tahu kamu gak suka air, tapi disini kebanyakan hanya ada pantai, maaf ya”, aku hanya mengangguk saat dia berkata seperti itu. Kami banyak bercerita, juga berfoto berdua, malah bisa dibilang dia yang lebih banyak ingin berfoto berdua. Aku akhirnya bertanya karena penasaranku yang terlanjur besar, “kamu biasanya ngapain kalau lagi kesepian? Disini hiburannya apa?. Dia melihatku lalu berkata, “kamu.. hiburannya kamu”. “kok aku?”, aku bingung. “iya, aku liatin aja foto-foto kamu terus cerita sendiri hari itu aku ngapain. Atau enggak aku nonton video dari kamu, dengerin lagu-lagu yang kamu kasih. Pokoknya tentang kamu”. Aku tersipu, “memangnya enggak bosen?”. “enggak.. kalau aku bosen aku enggak bakal minta kamu buat datang kesini”. Aku menunduk, air mataku mulai menggenangi mata. Kadang aku benci sekali, bagaimana bisa dia dengan santainya berbicara suatu hal yang membuatku terasa sangat berarti. Disaat keluargaku saja jarang perduli, dia dengan tutur manisnya membuatku menjadi orang paling spesial di dunia.

“Anginnya mulai kencang lagi nih, pasirnya jadi keman-mana. Pulang aja yuk, sekalian kita cari makan siang”, akupun mengiyakan. Di jalan pulang dia bilang kalau nanti sore mobil bosnya ini harus dikembalikan karena mau dipakai. Akupun berkata tidak apa, jangan dipaksakan. Jadi akhirnya kami mencoba mencari makan dekat rumahnya saja, sekaligus memulangkan mobil. Di dekat rumahnya kami berhenti sebentar di warung bakso, dia bilang aku harus mencoba bakso disini. Dan ternyata rasanya.. ah sudahlah, jakarta memang juaranya. Dia hanya terkekeh melihat ekspresiku saat memakan suapan pertama.

Selesai makan, kami segera menuju rumah bosnya untuk mengembalikan mobil. Aku pun dikenalkan pada bosnya, sedikit berbincang ramah tamah. Wajah bosnya mengingatkanku pada seorang artis lawas yang aku lupa namanya. Kemudian kami pun pamit pulang ke rumah.

Di rumahnya, ternyata ada satu orang kawannya dan beberapa tamunya. Aku merasa tidak enak, dan dia melihat perasaanku itu. Lau dia menuruhku untuk menunggu di kamar saja, karena dia mau ke kantor sebentar. Sebenernya aku tidak mau ditinggal, tapi dia berkata jarak kantornya hanya 5 menit dari sini dan berjanji tidak sampai setengah jam dia akan kembali. Mau tidak mau aku menerima, dan kuputuskan menonton film yang ada di laptopnya.

Jam 6 sore dia kembali, diluar masih bisa kudengar suara tamu yang justru semakin ramai. Dia berkata kita kembali ke hotel sebelum gelap. Kali ini kami naik motor miliknya, berboncengan, sambil menikmati angin malam. Kami melewati jalanan yang kanan kirinya penuh tumbuhan bakau, gelap sekali, paling hanya sesekali lampu dari kendaraan yang saling berpapasan menerangi. Tak sengaja aku melihat ke atas langit, dan kulihat bintang seperti bertaburan indah sekali. “wahhh bagus banget bintangnya, keren!!”, teriakku. “di jakarta enggak akan bisa lihat yang begini, kalah sama lampu gedung dan jalanan”, sahutnya.

Sampai di hotel, dia langsung permisi untuk mandi. Tapi rasanya kalau aku tidak ingin mandi, paling hanya bersih-bersih. 10 menit dia keluar, lalu menyuruhku mandi dan kujawab, “malas”. Aku hanya cuci muka, menyabuni tangan dan kaki, lalu gosok gigi. Kulihat dia sedang asik menonton saat aku selesai dari kamar mandi. Aku duduk di sebelahnya lalu mencium pundaknya, “wangi banget sih”. Dan dia menciumku sekilas, di bibir. “kamu juga wangi”, katanya.

Malam itu kami habisnya di kamar saja menonton tv dan memesan makan malam dari restoran. Aku pun bertanya apakah dia masuk malam lagi, “libur”, jawabnya. Sekitar jam 10 aku merasa ngantuk, kutanya apakah dia akan pulang atau menginap. Dia kembali menanyakan padaku, mau ditemani atau tidak. Kujawab, “nginep aja, sayang kasur yang sebelah situ gak ditidurin”. Dia melirik kasur, dan mengangguk. Aku memang mendapat kamar dengan dua kasur single. Jadi rasanya agak aneh saat semalam aku tidur sendiri.

Kami sudah asik bergelung di balik selimut masing-masing, dan tanpa memakan waktu lama akupun sudah bisa mendengar dengkurnya yang semakin lama semakin keras. Dua kali aku memencet hidungnya agar terbangun, tapi tak lama dia kembali mendengkur. Aku salah strategi, harusnya aku tidur sebelum dia. Rasa kantuk yang tak tertahan tapi tidak bisa tidur karena suara yang berisik membuatku frustasi. Iri sekali melihatnya tidur pulas sedangkan aku memejamkan mata saja tidak bisa. Sempat aku masuk ke kamar mandi dan berpikir untuk tidur disana, tapi itu hanyalah ide yang buruk. Dan mau tak mau, aku terpaksa terjaga semalaman.

...... bersambung


Selasa, 27 Desember 2016

27 Desember (Part 1)

Beberapa tahun lalu di tanggal yang sama seperti hari ini, aku masih mengingatnya dengan baik dari semenjak aku turun dari pesawat. Tubuh tegap diantara puluhan orang yang sedang menunggu sang terkasih, begitu jugakah kau? Dengan mata samar, entah kenapa kali ini aku dapat melihatnya sangat jelas. Orang disekitarnya tampak hanya seperti semak semrawut. Ajaib.

Di bandara yang tidak mewah, bukan deretan pilar tinggi hanya berupa rumah sederhana yang dijadikan tempat menunggu turun penumpang, aku mendekati mu dengan perlahan. Kusentuh dada bidang yang sangat kurindukan ini, ingin sekali kumendekapnya dan membisikkan aku telah merindukanmu terlalu lama. Sayang hal itu urung kulakukan, di sebelahku ada seorang Ibu yang kebetulan sempat berkenalan di bandara keberangkatan. Aku sempat mengenalkan Ibu tersebut kepadanya., sebelum akhirnya berpamitan. Disaat seperti ini kadang aku mengutuk kelebihanku kenapa mudah sekali akrab dengan orang baru.

 Kulihat dia tersenyum, menatapku dalam dengan mata sayunya. Kuapit lengannya, dengan nada yang kupaksa sedikit riang aku berkata, “jadi kamu mau ajak aku kemana saja selama disini?”. Dia tidak menjawab, hanya menurukan apitan tanganku lalu kemudiam merangkulku. Aku terenyuh saat kulihat dia menyiapkan mobil di parkiran. Kutanya milik siapa, dia mejawab milik bosnya, “kasian kalau kamu naik motor, perjalanan kita akan jauh” begitu katanya. Di perjalanan kami tidak banyak bercerita, dia hanya berkata harus ke rumahnya dahulu, baru mencari penginapan untukku. Tangannya menggemgam erat jemariku, tidak bisa terlepas. Sampai akhirnya kubilang, “bahaya menyetir satu tangan”. Dia menurut, lalu melepaskan.

Hampir 20 menit perjalanan, hingga akhirnya aku sampai di depan rumahnya. Rumah yang lebih pantas dibilang kontrakan petak ini ditinggali oleh dirinya dan 2 orang temannya. “turun.. langsung masuk ke dalam saja, teman-temanku sudah berangkat kerja. Sebentar aku bawakan barang-barangmu”. Aku tidak menurutinya, tapi malah mengekorinya ke bagasi. Dia hanya tertawa dan mengusap kepalaku.

Rumahnya tidak terkunci ternyata, “percuma”katanya. Tidak ada ada barang berharga di dalamnya, Cuma pakaian kotor dan sampah berserakan ala pria bujangan. Dia menempati kamar di pintu kedua di rumah itu. Aku pun masuk dan takjub melihat isi di dalamnya. Kamarnya tidak terlalu banyak barang, tapi cukup tertata apik, khas dirinya yang senang kerapihan. Tapi yang membuatku kaget adalah bagaimana dia menata barang pemberianku secara rapih. “aku menyusunnya seolah aku sedang dibangungkan olehmu setiap pagi”, begitu katanya seperti sedang membaca pikiranku sambil memelukku dari belakang. Aku melepaskan diri untuk mencoba menatapnya, tapi dia justru menghujaniku dengan ciuman.

Di sela ciuman, dia mengatakan “dari jauh aku sudah melihatmu disana tadi, ingin sekali aku berlari dan mendekapmu. Tak tahunya ada orang lain di sebelahmu, kesal sekali rasanya”. Begitupun yang aku rasakan, asal kau tahu.. tapi itu tak kuucapkan.

Menjelang sore, kawan-kawanmu datang. Kau pun mengenalkannya padaku. Kulihat kau bersemangat sekali, jadi kupikir kau benar-benar menikmati kehidupanmu disini. Kau pun memiliki ide untuk makan malam bersama sebagai perayaan kedatanganku. Semua setuju, dan mobil bosmu kembali kau pinjam lagi. Malam itu, selesai makan kita sempat berkeliling daerahmu. Sangat berbeda dengan ibukota, terlalu sepi untuk kota yang sudah ramai katamu. Aku berpikir apa yang biasanya kau lakukan untuk membunuh sepi setiap harinya.

Pukul 9 malam saat itu, kamu mengatakan harus bergegas mencarikanku penginapan. Aku pun mengangguk, karena kutahu sejam lagi kau pun harus masuk kerja untuk shift malam. Aku meminta dirinya mengantarkan ke salah satu hotel yang sempat aku cari sebelum datang kesini. Dia menyanggupi, “tidak jauh dari sini itu, tapi cukup jauh dari rumahku”.

Sampai di hotel aku bergegas check in ditemani olehnya. Kawan-kawannya menunggu di parkiran. Untungnya tanpa booking, hotel ini masih memiliki sisa kamar. Ini merupakan hotel yang paling terkenal disini, mungkin juga paling besar. karena aku tidak melihat pesaing hotel lain sepanjang perjalanan kesini yang semegah hotel tersebut. Penghujung tahun membuat hotel ini full booking kata resepsionisnya. kami beranjak menuju kamar yang akan kuinapi sementara. Kau hanya mengantarkanku masuk ke kamar, “nanti aku telat, jadi tak bisa lama-lama. Besok pagi selesai kerja aku langsung kesini menjemputmu”. Begitu katanya, lalu pergi setelah mengecup keningku.


…… bersambung

G A R I S D E P A N

Oleh Cahaya Jiwa

Seperti seorang tentara garis depan yang harus siap berkorban nyawa, menjadi pemancing musuh serta melindungi barisan di belakangnya. Iya, mungkin itu yang aku pikirkan. Prajurit garis depan, akhirnya aku menamakan keluarga kami.

“Assalamualaikum.. permisi”, kudengar samar dari kamar ada orang di depan rumah. Kutajamkan pendengaran menunggu apakah benar ada yang memanggil. “permisi bu.. ada undangan”. Aku melangkahkan kaki keluar kamar, kudapati ayahku sedang menonton tv. Pura-pura tidak dengar rupanya. “ayah itu diluar ada tamu”, bukan jawaban justru hardikan yang aku terima, “ya sana kamu keluar liat siapa!”. Tak berkomentar, akupun keluar menurutinya.
Ini bukan pertama di keluarga kami ayah melakukan hal ini. Seringnya beliau tidak pernah menyaut bila ada siapapun yang datang ke rumah, sekalipun itu petugas paket. Karena kelakuannya juga akhirnya paket pesanan yang datang harus kuambil ke agen terdekat dengan alasan tidak ada penerima. Agak aneh memang, mengapa kalau ada di rumah Ayah tidak pernah mau menemui siapapun.  Bila kami sedang berkumpul  di ruang tengah pun, dan ada seseorang mengetuk pintu rumah, Ayah mendadak dengan terburu masuk ke kamarnya. Seperti orang yang ketakutan ditagih hutang. Lucu.

Keanehannya tidak berhenti sampai disitu. Ayah tidak hanya segan menemui orang di rumahnya, tapi juga enggan mengangkat telepon rumah. Dari kecil aku dibiasakan untuk berbohong mengatakan Ayah sibuk, Ayah sedang keluar, Ayah sholat, bila ada orang yang ingin berbicara dengannya di telepon. Dan itu berarti mengartikan juga jangan pernah berharap Ayah mau mengangkat bila telepon rumah berdering.

Pernah sekali waktu, Ibu sedang berada di rumah tetangga membantu memasak. Hari itu yang mungkin tidak pernah dilupakan oleh Ibuku. Telepon penting dari Tanteku, yang ingin mengatakan bahwa Kakek dalam kondisi kritis. Tapi tidak diangkat oleh Ayahku yang sedang berada di rumah. 3 jam kemudian saat Ibu sudah kembali ke rumah, telepon kembali berdering dan Ibu yang mengangkat. Telepon di ujung mengatakan, “Bapak  sudah enggak ada mbak..”, itu telepon dari tanteku lagi. Aku ingat muka Ibu ketika menerima telepon itu. Pucat, tanpa suara. Yang terakhir kulihat hanya cucuran air mata, telepon yang terjatuh, dan pukulan membabi buta pada Ayahku.

Ayah memang merasa bersalah, tapi hanya sesaat. Dia berkilah, “sekalipun aku angkat, kita tidak akan bisa mengejar waktu kesana”.  Ibu pun akhirnya berusaha menerima kenyataan, walau aku tahu dalam hati dia mengutuk dirinya sendiri kenapa harus berada diluar rumah saat itu.

Saat ini usiaku beranjak 22 tahun, abangku sudah keluar dari rumah setelaj menikah. Sekarang yang tinggal hanya kami berempat, aku, adikku, Ayah, dan Ibu. Dan kebiasaan itu belum juga usai. Ayah tidak akan pernah mau menemui siapapun di rumah atau mengangkat telepon. Bahkan kebiasaan berbohong tentang Ayahn yang tidak mau menerima telepon ini juga diturunkan pada adikku. Bahkan bisa dibilang, adikku lebih lihai untuk membuat aladan daripadaku. Dan seperti biasa, saat itu kami berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv setelah makan malam.

Tok tok tok. Ada bunyi ketukan di pintu depan, aku ingat kalau pintu depan belum terkunci. Aku, Ibu, dan adikku saling pandang. Kami seperti sudah saling mengkode dalam otak, “siapa yang akan membuka pintu?” begitu kira-kira kalau diartikan. Ayahku? Yaa.. beliau langsung masuk ke kamarnya. Kami menunggu terlebih dahulu ketukan selanjutnya. Tok tok tok. Oh ya.. tamunya masih ada. Memegang kekuasaan sebagai kakak, aku menyuruh adikku untuk melihat. Ia menurut dan segera keluar. Bunyi pintu terbuka, tapi tidak ada suara apapun dari adikku. Mungkin itu temannya kupikir.

Ibu berinisiatif ke dapur membuat minuman karena juga menganggap itu memang teman adikku. Sambil membawa segelas sirup Ibuku pun keluar rumah. Aku sempat mendengar bunyi gemeretak dan garukan di pintu. Karena penasaran aku pun turut keluar ingin melihat ada apa.

Sayang, niatku keluar menjadi malapetaka. Aku melihat orang berpakaian hitam sedang menikam perut Ibuku. Tidak jauh dari Ibuku terjatuh, kulihat adikku sudah tersungkur bersimbah darah. Akupun tercekat, dan ingin segera masuk dan mengunci pintu. Naas, gerakan ku terhambat. Tergelincir oleh genangan air sirup yang tumpah dan akhirnya membuatku terjatuh. Orang itu langsung membekap mulutku dengan tangannya yang berbau anyir darah, membuatku tak sempat lagi berteriak atau memang tidak sanggup berteriak karena terlalu takut. Tapi di tengah ketakutannku, aku masih mencoba melawan dan memukul rusuknya. Orang itu mengaduh, dan tak kusiakan kesempatan berdiri untuk masuk ke dalam rumah. Sial.. pisaunya terlanjur menancap di paha kananku.

Aku sudah tidak sempat menahan pintu menghindari orang itu masuk ke dalam rumah. Yang kutahu aku harus segera memberitahukan Ayah bahwa ada orang jahat yang masuk ke rumah. Pintu kamar kugedor, sempat kulihat Ayah membuka pintu dengan raut muka kesal. Dengan lirih kubilang “selamatkan diri Ayah”. Setelah itu aku merasa lemas dan tak ingat apa-apa lagi. Aku hanya berharap Ayah dapat membela diri, paling tidak Ayah harus hidup. Jangan siakan kami yang telah menjadi prajurit garis depan melindungi Ayah. Kini giliran Ayah yang bertindak.

Senin, 26 Desember 2016

Bikin Paspor di Jakarta? Gampang, Asal..

eitss bener lho ini, secara udah buktiin sendiri. sebenernya dulu pas di kantor pertama udah disuruh bikin, dikasih surat rekomendasi lah biar katanya lebih cepet jadi tapi tetep aja gak bergerak. maklum.. kita mah anaknya lebih suka disuruh keliling kerja indonesia daripada keluar negeri. sampe akhirnya pindah ke kantor-kantor berikutnya, malah jadi ganjel kerjaan lantaran kalo mau ditugasin keluar gagal lantaran gak punya paspor.

nah.. ceritanya akhirnya saya kepentok dan gak bisa nolak lagi buat bikin. tanya ke temen yang pernah bikin secara mandiri sekarang udah bisa bikin paspor online katanya. paspor online ini bukan bearti semua via online terus nanti paspor dikirim gitu kalo udah jadi macem kita belanja online shop. ternyata kita cuma diharuskan ngisi biodata terlebih dahulu aja dan bayar duluan. jadi nanti tinggal antri buat foto dan wawancara aja di imigrasi yang udah kita pilih pas daftar. oia walaupun udah ngelampirin segala syarat kita mesti tetep wajib bawa surat asli persyaratan. cuma pas saya nyoba hampir seminggu buat pendaftaran online, servernya down melulu. kebanyakan yang make kali.. pas isengv tanya petugas di kantor imigrasi malah disuruh daftar jam 2/3 pagi.. lah itu kan ada limit waktu pembayarannya. petugasnya lucu juga ngasih sarannya.

next karena gak bisa daftar online langsung lah dateng ke lokasinya langsung, yaitu imigrasi jakarta timur. btw kalo kamu baru mau bikin paspor sekarang gak harus sesuai wilayah tempat tinggal, bebas dimana aja yang terdekat semau kamu. nanti di kantornya kamu diharuskan ambil formulir biodata, sama surat pernyataan dengan materai. usahakan semua fotokopi surat-surat udah lengkap dan JANGAN DIPOTONG!! kaya ktp, surat nikah, pokoknya yang besarnya gak segede A4 biarin aja di kertas selembar jangan dipotong sesuai ukuran apalagi difotokopi bolak-balik. di imigrasi jaktim ada tukang fotokopi yang udah khatam dalam tugasnya. abis ambil formulir mending langsung antri.. iyah antri, isi formulirnya nanti aja kalo kamu udah dapet duduk antrian. ini serius.. karena sisa waktu 5 menit itu sangat berarti. pelayanan antrian di imigrasi jaktim itu dari senin-jumat, di hari selasa & jumat antrian dimulai dari jam 6 pagi, sedangkan hari lain dimulai jam 8 pagi. sistem antrian tergantung komputer yang ada di pengecekan awal yang otomotis mati di jam 10 pagi teng gak pake basa-basi. mau kamu udah di barisan paling depan kalo si komputer udah mati juga gak bakal ditolerir, paling banter bakal dikasih ucapan terimakasih karena sudah mau menunggu sama petugas. ANTRI LAH SEBELUM JAM 6 PAGI, gak peduli kamu dateng hari apa juga. belajar dari kesalahan saya yang selalu telat 30 menit jadi 4 kali dateng ke imigrasi, padahal harusnya cuma 2 kali. yang pertama kali saya dateng jam 6.30, trus yang kedua jam 6.00 dan harus pulang gigit jari karena gak dapet antrian.

total kita dateng ke imigrasi itu cuma 2 kali.. karena sistem yang mereka gunakan sekarang adalah one stop service. di hari pertama kita masukin berkas, foto, dan wawancara. abis itu pulang dan bayar, 3 hari kemudian dateng lg ke imigrasi buat ambil paspor nya. simpel banget.. gak perlu pake CALO. dan jangan mau pake CALO, percuma banget. kenapa? dari mulai antri aja muka kita udah difoto buat daftar antrian, jadi klo pas di dalem nuat pemeriksaan berkas beda muka sama yang di foto antrian ya wassalam.. kalian harus pulang. paling yang pernah saya lihat pas kemaren itu adalah CALO ANTRIAN. jadi mereka dudukin kursi antrian trus pas si pengguna dateng yaa mereka gantian duduk deh. terserah kalo itu yang mau kalian coba.

antrian untuk dapet antrian, yang duduk itu battle royal pertama kalian
nih biar ada bayangan, itu di antara yang berdiri kan ada yang duduk, nah yang duduk itu yang jadi antrian pertama kita setelah ambil formulir buat nanti ambil antrian yang berdiri (jangan bingung). di balik antrian yang berdiri ada tukang fotokopi buat kamu yang lupa atau kurang syaratnya (ada materai juga). nah sambil nunggu dapet antrian yang diri, pas duduk kalian bisa ngisi deh.. buat cara pengisian ada kok ditempel caranya di meja-meja yang udah disediakan eh tapi bisa lah pasti semuanya gak ngeliat juga. inget antrian pertama itu PENTING. liat juga depan belakang kamu, klo lengah suka ada yang nyelak dan siap-siap di BOOOO sama semua orang. ingetin juga buat lansia dia atas umur 60, ibu hamil, dan anak kecil mereka punya antrian prioritas yang bisa digunakan. kasian kalo harus ikut antrian nguler manual. jadi di imigrasi jaktim ini ada 3 jenis antrian. pertama yang manual dan biasanya nguler ampe kemana-kemana, antrian online, sama prioritas. dipanggilnya 6 orang per antrian secara gantian. adil kok bener.. karena dipantau terus sama petugas. info aja buat pengisian masa berlaku ktp, secara sekarang kan yang digunain ektp berlaku seumur hidup jadi kamu tambahin aja 5 tahun dari tahun terakhir masa berlaku habis kamu. kayak saya kemarin, habis berlaku 2016, saya ganti jadi 2021.

ini cek kelengkapan berkas aja, belum keaslian blaem-blaem. terus difoto buat no antrian di dalem
kalau udah maju, kita antri buat di cek pertama berkasnya sama si bapak itu, dia juga yang misahin si prioritas, online, dan manual. di dalem nanti beda lagi itu antriannya. abis itu di foto deh.. gunanya pas didalem itu kan banyak orang, kalo foto kalian terpampang di layar monitor bearti itu nomer kamu dipanggil buat pengecekan.

ini antrian setelah dapet nomer, ada layar yang nampilin foto dan nama kamu
antrian di dalem itu nyaman, ada tv kabel walopun isinya cuma "just for laugh" doank. ada meja berjejer kan itu tiga buah di sebelah kiri, itu dia meja pengecekan berkas. kalo nama dan foto udah terpampang di monitor kamu langsung maju ke meja itu. proses disini cepet banget. jadi jangan sampe kalian kelewat. disini proses penentuan kamu bisa lanjut atau enggak ke tahap wawancara & foto. gak sedikit yang mesti pulang di tahap ini. tapi yakin aja kalo data kamu asli dan lengkap pasti lolos. kasus yang sering saya lihat kemarin itu adalah beda nama di satu surat dan surat lain. biasanya terjadi sama yang namanya pake ejaan lama. kalau kayak gini, mending kamu siapin surat PB1 alias pernyataan dari kelurahan dan tentuin nama mana yang mau dipake. biasanya nama akan  mengacu pada akte kelahiran/ ijazah/ surat nikah.

meja wawanvara dan foto nya ada banyak banget

perhatikan terus monitor dan nomer antrian kamu

ruang bermain anak
lanjut deh ke lantai 2 setelai berkas aman. ditahap terakhir ini yaitu wawancara dan foto gak akan makan waktu sampe 10 menit. perhatikan terus layar antrian. saya sempat kelewat 1 orang dan langsung diminta ke customer service karena dianggap lalai. serem banget.. tapi untungnya pas tanya petugas yang terlihat seumuran saya, dia mau ngelayanin. dan jangan sedih, di tahap ini bukan bearti kita langsung lolos, ternyata ada juga yang gigit jari. alasannya, mau jalan-jalan tapi gak punya penghasilan/ pekerjaa padahal udah dewasa jadi petugas pun ragu. oia, menurut saya diantara tahapan petugas, di tahap terakhir ini petugasnya yang paling kurang ramah. kurang tahu kenapa.. mereka tidak welcome dalam mejawab pertanyaan malah terkesan acuh. mungkin lelah.. iyah mungkin. setelah wawancara yang sifatnya lebih umum seperti alesan bikin paspor, pekerjaan, dll. kitalangsung foto, sempet bete juga, fotonya gak pake aba-aba. baru duduk, petugas cuma bilang agak dengak mukanya yah, baru ikutin yang disuruh tau-tau dia udah bilang "oke sudah" bengong lah ya kita... harapan di hati cuma moga muka kita gak ancur-ancur banget. abis itu pulang deh.. disuruh bayar ke teller karena butuh tanda bukti, soalnya kalo atm takutnya gak bisa ngeluarin bukti bayar (abis kertas). dan 3 hari dari hari pembayaran disuruh dateng lagi buat ambil.

ruang buat ambil paspor
3 hari setelah bayar saya dateng lagi ke imigrasi buat ngambil. 3 hari diluar sabtu minggu yah. misal kamu bayar hari jumat, dihitungnya senin, selasa, rabu, jadi kamis baru ke imigrasi. ruangan buat ambil itu beda, jadi kamu gak usah ikutan antrian nguler yang di depan itu, langsung masuk aja. lagian jam pengambilannya juga beda sama antrian diluar. buat ambil paspor antrian dilayani dari jam 10 pagi sampai jam 15.00. pas kalian masuk ruangan ini langsung tusukin aja bukti pembayaran ke paku panjang yang ada di meja, posisinya di tempat bapak berjaket merah itu. jangan sampe kena barcode nya yah pas nusuk, nanti akan ada petugas yang ngambil terus di bawa masuk. di tahap ini juga cepet kok, ada 3 loket yang beroperasi langsung. tunggu aja nama kamu dipanggil. kalau valid pasti ada.. tapi kemarin ada sedikit kasus seorang ibu. kalau sebelumnya kamu pernah punya paspor dan udah mati kamu jangan bikin baru, karena pasti ke detect dan paspor baru kamu gak akan keluar mending perpanjang aja. Soalnya kalau terlanjur bikin uang yang kamu udah bayarin bakal angus gitu aja, karena itu langsung masuk kas negara. sekedar info kalau memang kamu bikin paspor sekeluarga dan gak bisa ikut ngambil, minta ktp asli atau surat pernyataan yah pas ngewakilin. khusus anak kecil, mereka harus ikut.. gak bisa diwakilin.

udah kok gitu aja prosesnya, yang penting kalau kalian mau bikin paspor surat-surat dilengkapin dulu, sama DATANG PAGI. buat tipe not morning person kaya saya aja bisa masa kamu enggak. biaya bikin paspor 355 per orang. ikutin prosedur yang ada, insha allah lancar sentosa. bikin paspor sekarang gak susah... dan so far saya terbantu dengan petugas-petugas yang ada. salut buat mereka, segala keribetan birokrasi yang pernah diceritain terbukti sekarang udah gak ada, bebas pungli pokoknya. paling sekedar masukan (tadinya mau nulis di kolom saran web mereka tapi mau masuk web nya aja susah) itu servernya dibetulin kenapa.. penggunanya banyak harus lebih ditingkatin kualitasnya. terus percuma cantumin nomer customer online kalau gak pernah bisa dihubungin. Better kalau kalian punya pertanyaan, layangnya aja lewat twitter mereka di @humasimigrasi adminnya cukup responsif paling agak sabar aja nunggu dijawab karna pasti admin ngelayanin ratusan pertanyaan. eh iya khusus imigrasi jakarta barat, mereka buka juga kalau sore, kalau gak salah jam 4 sore sampai jam 7 malam. selamat mencoba!

Minggu, 04 Desember 2016

Niat nolong malah ketabrak

Ahahaha ini aseli lucu plus ngeringis jg sih tiap diinget. Mumpung masih seger bgt kejadian tadi sore tuangin aja ke blog. Mana tau kan klo someday bete baca postingan ini lg jadi nyengir.

Jadi tadi sore gw pergi ke cibubur junction buat beli kebutuhan sehari-hari. Dari rumah gw jalan pake gojek dan turun di seberang cibujang (re: singkatan cibubur junction). Pas gw mau nyebrang ada angkot t.16 yg nutupin zebra cross, berhubung satpam yg biasa nyebrangin gak ada dan jalanan disitu kendaraannya gak ada yg pelan gw berniat nunggu ampe tuh angkot jalan. Trus ujuk2 ada nenek yg deketin gw blg "angkot ngalangin aja, ibu mau nyebrang nih". Reflek gw blg "bareng bu sama saya". Dan berhubung angkot itu gak jalan2 alias ngetem, gw lewatin lah.

Dominan pas nyebrang, klo mobil yg lagi kenceng pasti berenti. Si nenek nyebrang nempel gw di sebelah, mendekati 2-3 meter sampe sebrang gw berasa si nenek ilang alias gak disebelah gw. Gw yg takut si nenek ketinggalan pun nengok kanan, dan tiba2 badan gw berasa kepental dan langsung ketidur di jalanan. Gw KESEREMPET MOTOR. Untungnya mobil pas gw diri tadi masih berenti, dan si nenek jg ada. Disitu gw baru sadar ada bbrp org jg yg ikut nyebrang di belakang gw.

Seperti orang indonesia pada umumnya, no one yg bantuin gw dan kebanyakan malah klakson karena mungkin ngerasa perjalanan mereka kehambat. Si motor yg nyerempet udh kabur. Dan yg lebih ngeselin adalah omongan si nenek yg deketin gw abis gw nyoba berdiri trus bilang "kamu kok meleng sih.. malah nengok kanan, ketabrak kan kamu" dan beliau ngeloyor pergi, tapi sempet bilang jg sih "itu kacamata kamu jatuh nanti kelindes".

Amazing yah si nenek..

Gw cuma ngerasa nyeri di pinggang awalnya tapi gw paksa jalan masuk mal. Ada seorang ibu yg gendong anak (dan kayanya barengan nyebrang) pas udh masuk pintu mal nanya keadaan gw dan dy ngomel kenapa motor nya (yg nyerempet gw) gak berenti.

Okehh paling gak ibu ini satu pikiran sama gw. SO.... BUAT SEMUA PENGENDARA TERUTAMA MOTOR YANG GAK SABARAN, KALAU KENDARAAN DEPAN KALIAN ITU BERHENTI ITU PASTI ADA SESUATU YAH. JADI ALANGKAH BAIKNYA KALAU KALIAN JUGA IKUT BERHENTI, BUKAN MALAH NYALIP KENDARAAN DI DEPAN DENGAN KECEPATAN YANG TINGGI PULA.

Abis itu gw tetep lanjut belanja, selama belanja gw masih sempet say "thanks GOD" untung td gw pake jeans dan jaket bukan pake seragam kebesaran gw celana pendek dan kaos. Karna klo enggak pasti lukanya bakal lebih parah.

Di rumah gw akhirnya ngecek bagian2 badan yg terasa makin nyeri. Kaki kanan bagian leg luar agak lebam, pantat kiri kram, pinggang kram, siku kiri lecet (ketolong jaket yg sobek), siku kanan cuma nyeri. Okeh aman.. masih bisa ditutupin dari org rumah. Gw gak mau bokap rewel soal beginian. Keinget aja jaman gw jatoh dr motor dan nutupin kaki gw yg menyenyeh bbrp minggu dan fix dr situ gw gak bole bawa motor lg. Ya kali klo ini ketauan gw jg gak boleh ke cibujang lg.. hahaha.

Sekali lg deh gw ingetin buat yg baca blog ini.. pliss ketika kalian berkendara pikirkan pengguna jalan lainnya. Terutama motor yg mentang2 bisa nyelip kadang suka makan jatah pejalan kaki macem di trotoar. Jalan kan punya sesama (macam sesame street). Semua juga punya kepentingan, tapi alangkah baiknya kalau saling menghormati sesama pengguna dan taat pada peraturan. Peraturan dibuat biar semua tertib dan sesuai ranahnya, bukan buat mepersulit kita kok (peraturan lalu lintas yaa.. klo peraturan lain masih ada yg mempersulit menurut gw :p).

Eh iya gw gak kapok kok nemenin lansia nyebrang.. ciyus. Cuma moga aja gak ketemu lg sama nenek yg modelan begitu.. hehe.