Jumat, 30 Desember 2016

30 Desember (Part 4)

Aku terbangun karena rasanya udara menghangat, aneh sekali.. kulihat jam di handphoneku yang kutaruh di bawah bantal. Pukul 6 pagi, dan aku tidak mendengar sama sekali alarm ku berbunyi. Aku membalikkan badan ku ke arah jendela, dan betapa aku kaget melihat ada dirinya duduk dengan manis di lantai sambil terus menatapku.

"Ahhh ngapain sih ngeliatin gitu, gak suka ah", sungguh sebenernya bukan aku tidak suka kala itu tapi aku malu. Malu karena kau harus melihat wajah bangun tidurku atau wajah saat aku tertidur yang aku pun tidak tahu pasti seperti apa rupanya. Lalu kau beranjak dari duduknya dan menyelusup ke balik selimut disebelahku. "Selamat pagi nona.. tidurnya pules ya kalo enggak ada yang ngorok", dia mengatakannya sambil menempelkan hidungnya di hidungku. "Gak jadi pulang semalem? Katanya kerja pagi", aku berusaha mengalihkan pembicaraan walau dengan mata tetap terpejam. "Tadinya gitu, pas aku liat kamu menggigil aku matiin ac eh tapi kasian kalo sendirian ditinggal. Ya udah aku nginep aja", jelasnya dengan santai. Aku menyuruhnya segera mandi biar dia tidak telat kerja, dan dia pun segera bangun menuju kamar mandi.

Aku kembali tidur saat dia mandi, tak lama aku merasakan badanku berat. Ternyata ada dia memelukku dari atas selimut. "Ihh berat tau, iseng ah", aku sedikit berteriak. "Ah semalem kamu diam aja pas tidur aku peluk begini, malah enak kan jadi hangat. sekarang jadi galak", ujarnya. Sungguh aku tidak sadar akan hal itu, tapi memang rasanya tidurku nyaman sekali semalam bahkan aku sempet bermimpi indah piknik berduanya di sebuah taman.

Aku sudah tidak bisa tertidur setelah itu, dia pun sudah siap berangkat kerja. Kutawarkan untuk mengecek sarapan hotel di restoran dulu, mana tahu sudah siap. Tapi dia bilang tidak sempat takut terlambat, jadi kutawarkan untuk menyimpan jatah sarapannya di kamar untuk dimakan siang nanti dan dia pun setuju. "Tunggu aku nanti saat istirahat siang, aku kembali ya nona", katanya sambil melambaikan tangan di depan pintu. Dia tersenyum gembira, aku pun begitu. Ada rasa bahagia menyemburat di tubuhku, terlebih panggilan nona darinya yang membuaikan membuatku berpikir hanya akulah miliknya

Hari sudah hampir tengah hari, perutku terasa lapar. Saat sarapan tadi aku hanya makan sedikit, kurang selera karena perut ini masih terasa kembung dan akibatnya sekarang perutku meronta minta diganjal. Kucoba mencari warung di sekitar hotel, nihil. Padahal kalau di jakarta ritel swalayan dengan mudah ditemukan dalam jarak 20 meter. Disaat aku arah balik ke hotel aku melihat tukang somay mendorong gerobaknya, kutanya apakah masih ada dan kubeli saja tahu, kol, serta kentang. Aku tidak berniat membeli somaynya, teringat bakso yang pernah kumakan dan ternyata zonk. Kemudian aku kembali ke kamar hotel.

Tahu yang kubeli ada sedikit adonan somay, saat kucoba aku langsung bersyukur tadi tidak membeli somaynya juga. Hehe.. aku rasa kalian paham bagaimana rasanya dari perkataanku ini. Dan tepat pukul 1 dia kembali ke hotel, dia pun langsung bersih-bersih dan memakan sarapan nya yang sudah mendingin. Ketika kutanya apa rasanya makan makanan yang sudah dingin, dia hanya menjawab dengan jempol diacungkan. Rasa lapar memang bisa mengalahkan segalanya.

"Kamu ngapain aja daritadi sendirian?", tanyanya setelah selesai makan. "Nonton film, mandi, nonton lagi terus cari cemilan", jawabku. "Berarti belum makan siang?", tanyanya lagi. "Udah tadi beli somay abang-abang lewat", sahutku. "Enak gak?", dan pertanyaan itu aku jawab dengan cengiran khas ku.
Dia kembali ke kantor tak lama setelah itu, jam 4 dia berjanji kembali ke hotel lagi. Dia juga bertanya apakah ada yang mau dibelikan, dan kujawab tidak. Aku mau memesan makanan dari restoran saja untuk malam nanti, dia pun berkata oke. Dan benar saja, jam 4 dia sudah kembalu ke hotel dengan pakaian yang sudah berganti. Kutanya apakah dia pulang terlebih dahulu, dia menjawab, "iya tadi aku mandi dulu, enggak betah badanku kotor sekali terkena debu dari alat pabrik".

Malam yang tenang, aku menyenderkan kepalaku di dadanya sambil menonton tv. Dia juga asik makan kacang yang dibelinya di perjalanan kembali ke hotel. Tok tok tok. Bunyi pintu kamarku diketuk. "Yeayyy makan malamnya sudah jadi", sambutku sambil membuka pintu. Malam itu kami makan mie titi, sejenis mie yang mirip dengan i fu mie. Aku lupa kalau mie dengan kuah kental ini lama sekali dinginnya, saat aku menyuapkan ke mulut alhasil lidahku terbakar. Dia terlihat panik dan segera membukakan air mineral untukku. Dan setelah itu aku dinasehatinya agar lebih berhati-hati.

"Aku akan pulang tgl.1, bisa carikan aku tiket?", Ucapku saat kami akan beranjak tidur. "Memang kamu sudah dicari kantormu?", Tanyanya. "Enggak sih, tapi paling tidak aku mau istirahat dulu di rumah sebelum kembali beraktifitas lagi", jawabku. "Nanti aku coba carikan, berarti besok kita check out kita habiskan malam tahun baru di rumahku saja", dia berkata seperti itu dan kulihat ada rona kecewa di wajahnya. Dan setelahnya kami tidur saling memunggungi, hening, tanpa pembicaraan lagi.



...... bersambung

0 komentar:

Posting Komentar