Rabu, 26 September 2018

Janji? Amanah? Gak penting??

Dinyatakan dalam sebuah hadis, ''Ada empat hal, jika keempat-empatnya terdapat pada diri seseorang, berarti dia benar-benar murni seorang munafik, sedangkan orang yang menyimpan salah satunya, berarti terdapat pada dirinya salah satu tanda orang munafik, sampai ia meninggalkannya. Jika diberi amanah ia berkhianat, jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika bermusuhan ia keji.'' (HR Bukhari dan Muslim). 

Dan buat gw orang yg enteng bikin janji tapi gak ditepatin, trus pas ditagih atas pernyataannya dengan enteng bilang "emang gw pernah ngomong ya?" Gak akan pernah masuk dalam kategori yang akan gw percaya apapun yang dia lakuin selanjutnya.

Itulah model orang yang sering kita temuin sekarang ini. Mereka mudahnya berkata "janji deh.." tanpa tahu bisa atau enggak menuhin janji itu. Jujur aja, buat gw pribadi berjanji sesuatu yang belum bisa gw tepatin mending TIDAK DILAKUKAN daripada nantinya janji itu jadi hutang yang bakal nagih2 gw ke akhirat. Duhh kok lebay.. eits bukan lebay tapi soal janji janji ini jelas diterangkan kok di islam.

''Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedangkan kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu) ....'' (QS An Nahl: 91).

Dari ayat itu membuat gw lebih berhati-hati berjanji sama orang lain. Dan sebisa mungkin memenuhi nya. Tapi lain hal kalo orang lain yang berjanji sama gw. Besar kemungkinan gw gak akan menanggapi dengan serius. Selain karena seringnya dikecewakan dengan janji palsu (eaaa..) ya karna lemahnya pemahaman mereka dengan kesakralan sebuah janji.

Emang janji kaya apa sih yg bisa bikin bahaya? Buat gw pribadi sih, sesepele apapun janji tetap harus jadi prioritas. Misal janji ketemu, janji nemenin, janji membelikan sesuatu, yang kalau gak bisa atau terpaksa dibatalin harus confirm lagi ke yang dijanjikan. Sebab kita gak pernah tau, bisa jadi janji yang dianggap sepele justru jadi sesuatu yang diharapkan atau dinantikan oleh orang lain. Prioritas dalam memenuhi janji yang terpenting.

Karena itu, kita harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kita omong. Jangan  sampai apa yang terucap dari mulut kita jadi sesuatu hal yang mengecewakan orang lain. Berpedoman dari ayat...
''(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.'' (QS Al-Baqarah: 27).

Gak mau kan jadi orang yang merugi? Jadi ayok deh kita sama-sama belajar jadi muslim yang baik. Yang menjaga amanah, dan tidak mudah menebar janji atas sesuatu yang belum tentu bisa kita penuhi.

Minggu, 16 September 2018

Akar kebingungan

Beberapa hari ini jadi hari yang paling membingungkan sepanjang tahun 2018. Bukan karna ada sesuatu di kehidupan sehari-hari tapi lebih mengacu kepada diri.

Iya diriku sendiri. Mengalami sekebelatan gambaran yang sulit dipahami. Seperti potongan film yang silih berganti tapi tanpa editing yang rapi. Terputus, tidak saling berkait. Bahkan diantaranya ada hal baru yang aku sendiri tidak tau mereka siapa.

Masalah ini sempat aku ceritakan ke seseorang via telepon, tapi aku tidak yakin dy sadar bahwa yang aku katakan sesuatu yang aneh buat diriku. Atau malah memang ceritaku tidak bearti sama sekali untuknya, padahal aku jarang2 menceritakan sesuatu yg aneh bila menyangkut 'penglihatanku'. Pamali. Itu yang aku tau, sama seperti kita yang dilarang bercerita ke orang lain bila mendapat mimpi buruk.

Kelebatan bayangan itu sudah banyak sekali saat memasuki hari ke-2 ini. Aku melihat sosok sahabat mungilku saat di SMA yg lebih dulu meninggalkanku karna kanker. Sosok yg sebenarnya berumur lebih tua dariku tapi justru kuanggap adik karena dy terlihat rapuh dan mungil. Yang terbayang adalah wajahnya yg kesal dan sedih saat aku pernah terpergok menatap nanar ke tempurung lututnya yang sudah bengkak tidak karuan. Dia marah dan menyuruhku pulang saat itu. Dan bayangan itu kembali, aku cuma bisa mengirimkan al fatihah saat potongan itu hadir.

Selain bayangan sahabat mungil, aku tiba2 berada di arena deretan kolam renang. Aku melihat beberapa laki2 berjejer seperti akan mengikuti lomba. Dan saat kulongok ke kolam, ada seorang anak perempuan berbaju kotak2 mengambang di tengah kolam dengan wajah pucat. Matanya membelalak. Aku reflek menutup muka.

Kemarin aku juga dapat bayangan tentang si 'lelaki pengecut' berdiri di depan pintu mess nya. Hanya menatap ku dengan mata sendunya lalu pergi meninggalkan. Di potongan selanjutnya aku melihat dy menyibak rambut kekasih barunya. Disini aku merasa akan ada hal baik yg terjadi diantara mereka (karna ini yang kurasakan saat melihat mimpi pahlawan kecil kala dulu).

Tapi potongan selanjutnya membuatku sesak napas, aku melihat sebuah mobil abu2. Ada si 'lelaki pengecut' keluar dan langsung memelukku. Lalu menatapku dengan rasa bersalah. "Aku rindu" katanya. Saat tersadar dari tidur ternyata akupun benar2 menangis di alam nyata.

Kegelisahan yang tidak jelas itu sempat terjadi beberapa kali. Bahkan menangis juga jadi pengantar tidurku. Ada rasa melankolis yang susah diungkapkan. Keadaan rumah yang menurutku aneh. Omongan ibu yang rasanya lebih mudah membuat hatiku sakit. Dan aku seperti merindukan sesuatu yang aku tidak paham itu apa.

Yang terparah aku terbangun dari tidur dengan potongan bayangan bahwa aku sedang mencium seseorang dengan penuh nafsu. Tidak jelas siapa orang di mimpiku, tapi rasanya itu berganti2. Dalam jumlah banyak yang aku tidak kenal satupun. Aku merasa otakku kotor. Dan bayangan itu terus saja kembali setiap aku memejamkan mata. Kucoba lafalkan doa dan berharap tanpa mimpi apapun kali ini.

Sebenarnya aku mulai merasa aneh dengan diriku saat jumat kemarin. Aku seperti banyak mendengar suara orang mengobrol di telinga kananku. Suaranya jelas, tapi obrolannya tidak bisa aku pahami. Mayoritas suara perempuan. Mereka bicara seolah tidak mau berhenti. Dan telinga kiriku, kadang ada suara laki2 yang berteriak tapi dengan frekuensi yang tipis. Seperti meneriakkan kata "hei sini.." tapi bila aku reflek menoleh ke kiri tentu saja tidak ada apa-apa.

Iya sungguh.. ini aneh. Terlalu banyak banyangan sekelebat yang datang. Biasanya tidak begini. Dan rasa melankolis dalam diri juga tidak berkurang. Aku terus2an merasa rindu dengan sesuatu yang aku tidak tau. Entah apa itu tapi jangan sampai ini menjadi sebuah pertanda. Itu yang paling aku takutkan.

Random thoughts

Untuk yang sudah membaca dan tetap memilih diam.
Memejam mata dan memikirkan isinya.
Untuk siapa ataukah dirinya.
Sudah..
Kamu tau itu siapa yang tersirat
Kamu tau siapa yang dimaksud
Santai saja
Tulisan ini sekedar tulisan
Dinikmati atau dipikirkan
Dilewati atau diresapi
Tidak lebih tidak kurang
Apa kamu senang bisa menjadi bagian dari kenangan?

- setelah melewati malam hari terandom di 2018 -