Rabu, 23 Desember 2020

Seperempat Abad yang membingungkan

Setiap individu menyimpan kekuatirannya sendiri
Menyimpan rasa sakitnya
Menyimpan rasa takutnya

Hanya tidak terlihat
Hanya tidak diperlihatkan

Entah bagaimana menyembuhkan
Entah bagaimana menepikan
Entah bagaimana menyelesaikan

Dia yang memiliki kekuatirannya sendiri
Ternyata sama seperti yang aku miliki

Merasa takut tidak bisa berbakti
Merasa semua hal yang dinginkan tidak mampu berjalan seiring
Merasa takut yg sudah dijalani tidak berjalan dengan baik

Aku ingat benar di umur sepertimu
Beberapa rencana yang sudah kumatangkan gagal
Tidak berjalan
Tidak berhasil
Lalu marah
Marah pada sekitar
Mengutuk banyak orang
Mencoba menyalahkan

Lalu masuk di fase mendekati kepala 3
Perasaan yang menyesali hal lalu selesai
Belajar mengikhlaskan
Belajar mencari solusi
Belajar membuat banyak opsi

Kubiarkan kali ini
Karna yang terjadi padamu
Sudah kulalui
Dan aku pahami itu

SE(N) IMAN

Hampir kupikir pertemuan ini seperti drama yang dibuat Tuhan dengan sengaja. Dan hampir kupikir pula ini rencana pamungkas yang sudah disiapkannya. 

Dari sekian yang sedang dijalani, hanya dia yang terbilang mulus mendekat. Walau dengan banyak keterlibatan pihak. 

Sesal aku mengubris, kesal aku mendengar. Tapi mau apa.. 
Di tengah keraguan antara membuka diri atau melihat keadaan, dia terlanjur menyerah seperti meninggalkan. 

Lagi kupikir akan ada akhir yang berbeda darinya
Lagi kupikir akan ada akhir yang bahagia seperti drama pada umumnya. 

Ternyata genre ini hanya drama besutan Sutradara yang hobi plot twist
Mendekat hanya untuk melihat
Mendekat hanya untuk memastikan
Mendekat untuk lalu mematikan

TAMAT

Tidak terpikir untuk season selanjutnya? 
Bagaimana bisa seseorang menjadi pesimis dan percaya diri dalam aatu waktu
Kalau itu hanya mungkin kebohongan saja

Hey Tuhan, tidak bisakah engkau turun langsung mendirect ceritaku? 
Jangan dengan pola cerita yang sama, cukup itu saja sudah
Kau tau celotehan ku padamu
Kau tahu harapku
Apa tidak bosan bila aku hanya meminta hal yang sama

Tolonglah.. 

Aku sudah pernah patah sepatah-patahnya, 
Sudah juga trauma sedalamnya, 
Sedu sedan ku sudah tidak ada, 
Menguap bersama ratusan rintik hujan diluaran sana

Kurasa aku berhak bahagia Tuhan