“Lompat!! Ayo lompat sekarang!!... jangan ragu, ada kami
disini.. tidak akan sakit”, suara-suara itu terus terngiang di kepalaku, ah
bukan tapi di kupingku, tidak tidak.. suara itu terus menerus saling bersahutan
di sekelilingku.
Kulihat ke bawah, ada jarak sekitar 15 meter sebelum
akhirnya aku bias mencapai sana. Aneh. Tidak ada perasaan ngeri sedikitpun yang
menghampiri. Ujung sepatuku sudah melewati tembok pembatas sekitar 8 senti.
Takut, ngeri, perasaan macam iyu tidk dapat aku rasakan. Tapi aku merasakan
telapak tanganku basah. Yang entah mengapa justru menambah keinginanku untuk
segera melompat.
Seperti ada kedamaian disana..
Seperti ada orang-orang yang sangat ingin segera kutemui..
Kubisikkan kata pelan, kuhitung…
“3” sambil kurentangkan kedua tanganku seperti mau terbang. “2” kumajukan
sedikit demi sedikit ujung sepatuku. “1” kupejamkan mataku sambil kunikmati
semilie angina yang membelai pipi ini. “0”
Mataku terbuka…
Segera kubangunkan badanku dan melihat sekeliling. Kanan.
Kiri. Banyak orang, ada laki dan perempuan. Mereka saling berteriak sesuatu
yang masih belum dapat kutangkap. Tapi kulihat mereka menatap ke atas. Saat
kuikut melihatnya, ada sekitar 2, atau 3 orang di atas atap sebuah gedung. Dan
mereka seperti bersiap ingin melompat.
Aku pun terperangah, dan reflek mengatakan “awasss… jangan
melompat!!”
“lompat saja…”
“ayo lompat…”
“kami menunggumu disini…”
“Cepat lompat…”
Dan sekali lagi aku terkaget dan segera menatap orang-orang
disekelilingku, muka mereka… terlihat lapar dan beringas.
Bunyi berdebum mengalihkan aku, sepertinya sudah ada yang
melompat. Dan serentak orang-orang ini berebut menghampiri.. dengan kondisi
badan yang ternyata TIDAK UTUH.
“aku dapat kakinya!”
“aku pemilik tangannya!”
Sahutan mereka terdengar ngeri di telingaku, dan tidak lama
di kejauhan ada seseorang yang berdiri dengan tubuh yang lengkap lali berkata
“akhirnya aku bias pergi dari neraka ini”, dan menghilanglah iya.
Sesaat aku bingung, tapi kulihat di belakangku muncul
bayangan-bayangin menyedihkan yang kondisinya jauh lebih parah dari yang
berlarian kemudian kutatap tubuhku. TANPA TANGAN.
Tersadar, itulah cara agar
aku terbebas dari sini.
Ruang penyesalan.
Kutengadahkan kepalaku melihat sisa orang di atas, dan
kukatakan dengan lantang, “AYO LOMPAT!!”
0 komentar:
Posting Komentar