Aku memanggilnya gepeng, itu bukan nama asli hanya sebutanku. Dia teman yang sering menemaniku tidur dari kecil. Kata ibuku gepeng ini
tadinya gemuk, tapi seiring waktu iapun akhirnya mengecil dan tubuhnya
pun menjadi kurus alias gepeng. Tapi tau tidak, seminggu lalu gepeng
menghilang tanpa jejak. Kucek ke kamar, dapur, ruang keluarga, gepeng tidak
ada. Ku berlari ke arah taman belakang. Biasanya gepeng suka bersantai disana
dekat tempat jemuran. Nihil. Langkahku gontai memasuki rumah.
Malam harinya kamarku terasa sepi tanpa gepeng. Biasanya sebelum
tidur aku suka bercerita tentang apa saja yang kualami seharian tadi. Dan gepang
akan setia mendengarkan tanpa membantah di sebelahku. Kupaksakan mata ini
terpejam. Berharap besok gepeng akan kembali menyapaku disaat aku terbangun.
Semburat sinar pagi menggelitik wajahku. Dan otomatis akupun
terbangun dari tidur. Menggeliat, ku tengok sebelah kananku. Kosong. Gepeng tetap
tak ada. Dengan langkah yang terseret, kupaksa keluar kamar dan memasuki kamar
mandi.
Sehabis sarapan aku berniat berkeliling sekitar rumah untuk
mencari keberadan gepeng. Walau mungkin para tetangga akan sulit mengenali
temanku ini. Dua tetangga kiri kanan ku sudah kutanyakan, tapi mereka malah
bingung. Karna memang jarang sekali gepeng keluar rumah. Tapi niatku belum
surut, aku harus menemukan gepeng!
Tak terasa langkahku sudah mencapai ujung jalan, kulihat di
lapangan banyak anak-anak bermain bola. Mungkinkah salah satu dari mereka tahu
akan keberadaan gepeng bila kutanyakan? Kutatap mereka lama. Tanpa sengaja, ada
bola menggelinding ke dekat kakiku. Seorang bocah menghampiri untuk
mengambilnya.
“permisi kak.. mau ambil bola”, kuanggukan kepalaku. Sesaat aku
memanggil lagi bocah yang sedang menuju ke teman-temannya kembali. “hei dik..!”,
teriakku. Bocah itu kembali mendatangiku. Segera kutanyakan perihal gepeng
kepadany. “sebentar yah” kata anak itu dan segera berlari menghampiri
teman-temannya yang lain. Terlihat mereka saling berbicara satu sama lain. Tak lama
bocah si pengambil bola kembali menghampiriku.
“kemarin teman saya ada yang melihat, gepeng bersama seekor
anjing pergi menuju komplek belakang. Lalu ada seorang pemulung mendekati
mereka. Habis itu temen saya gak tau lagi kak.” ahh ketakutan mulai
menyergapku. Kuucapkan terimakasih lalu segera berlari ke arah komplek
belakang, tidak lupa kutanyakan ciri-ciri si pemulung.
Komplek belakang terkenal memang sepi, jarang warganya yang
keluar untuk berbaur. Kucari pemulung bermodal ciri-ciri yang disebutkan
anak-anak tadi. Sejam. Dua jam. Tidak terlihat pemulung tersebut ataupun
pemulung yang lain. Pupus sudah harapan menemukan gepeng.
3 hari sudah gepeng tidak menemani ku tidur. Hampa.
Di hari kelima, sepulang sekolah ibu menyambutku di teras
dengan senyuman. “cepat ganti baju dan menuju ruang makan, ibu punya sesuatu
untuk menghilangkan kesedihan mu beberapa hari ini”, katanya. Kubilang saja
kalau itu hanya sesuatu untuk menggantikan posisi gepeng, ibu hanya melakukan
hal yang percuma. “ini lain”, sahut ibuku lagi.
Kupatuhi perintah ibu. Selesai mengganti pakaian aku duduk
di meja makan. Tiba-tiba ada sesuatu menutup matanya. Suaranya menggema di
telingaku “sekarang coba lihat ke belakang”. Kutengokkan kepalaku dengan
sedikit malas, tapi senyumku merekah dengan segera ketika kulihat gepeng duduk
di bangku belakangku. Kupeluk dia, kuhirup aroma tubuhnya yang khas. Tidak berubah.
Akhirnya.. gepeng kembali. Yah, gulingku kembali. Ibu menemukannya saat seorang
pemulung membawanya. Gepeng menghilang saat ibu sedang menjemurnya di teras
depan. Mungkin saat itulah seekor anjing membawanya. Tidak penting sudah, yang
pasti nanti malam gepeng akan menemani ku tidur kembali.
0 komentar:
Posting Komentar