CATATAN
Gerimis menderas tengah malam
ini dingin dari telapak kaki hingga ke sendi-sendi
Dalam sunyi hati menggigit lagi
Ingat saat pergi cuma pelukan dan pipi kiri kananmu kucium
tak sempat mencium anak-anak Khawatir membangunkan tidurnya (terlalu nyenyak)
Bertanya apa mereka saat terjaga
Aku tak ada (seminggu sesudah itu sebulan sesudah itu Dan ternyata lebih panjang dari yang kalian harapkan!)
Dada mengepal perasaan
waktu itu cuma berbisik beberapa patah kata
di depan pintu kau lepas aku meski matamu tak terima
karena waktu sempit aku harus gesit
genap setengah tahun aku pergi
Aku masih bisa merasakan bergegasnya pukulan jantung dan langkahku karena penguasa fasis yang gelap mata
Aku pasti pulang
mungkin tengah malam dini mungkin subuh hari
Pasti dan mungkin
tapi jangan kautunggu
Aku pasti pulang dan pergi lagi
karena hak telah dikoyak-koyak
tidak di kampus
tidak di pabrik
tidak di pengadilan
bahkan rumah pun mereka masuki
muka kita sudah diinjak!
kalau kelak anak-anak bertanya mengapa dan aku jarang pulang
katakan ayahmu tak ingin jadi pahlawan tapi dipaksa menjadi penjahat oleh penguasa yang sewenang-wenang kalau mereka bertanya "apa yang dicari?" jawab dan katakan dia pergi untuk merampok haknya yang dirampas dan dicuri.
SATU MIMPI SATU BARISAN
di lembang ada kawan sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok
karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah
di ciroyom ada kawan sodiyah
si lakinya terbaring di amben kontrakan
buruh pabrik teh terbaring pucet dihantam tipes
ya dihantam tipes
juga ada neni kawan bariah
bekas buruh pabrik kaos kaki
kini jadi buruh di perusahaan lagi
dia dipecat ya dia dipecat kesalahannya : karena menolak diperlakukan sewenang-wenang
di cimahi ada kawan udin buruh sablon
kemarin kami datang
dia bilang umpama dironsen pasti nampak isi dadaku ini
pasti rusak karena amoniak ya amoniak
di cigugur ada kawan siti
punya cerita harus lembur sampai pagi
pulang lunglai lemes ngantuk
letih membungkuk 24 jam ya 24 jam
di majalaya ada kawan eman
buruh pabrik handuk dulu
kini luntang-lantung cari kerjaan
bini hamil tiga bulan kesalahan : karena tak sudi terus diperah seperti sapi
di mana-mana ada sofyan
ada sodiyah
ada bariyah
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
di mana-mana ada neni
ada udin
ada siti
di mana-mana ada eman
di bandung - solo - jakarta - tangerang
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
satu mimpi satu barisan
(Bandung 21 mei 1992)
PERINGATAN
Jika rakyat pergi ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati barangkali mereka putus asa
kalau rakyat bersembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik
dilarang tanpa alasan
dituduh subversif
dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Apa Guna
Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
(Wani, Bapakmu Harus Pergi)*
Wani,bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisijawab saja:
”karena bapakku orang berani”
kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga kanan kiri datang
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita
.....................
Puisi tanpa judul.
Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998
(Bernafas Panjanglah)*
bernafas panjanglah
jangan ditelan kalut
bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
bernafas panjanglah
jangan berlarut-larutbernafas panjanglahjangan surut
bernafas panjanglah
walau gelap
bernafas panjanglah
walau pengap
bernafas panjanglah kau,
bernafas panjanglah para korban
bernafas panjanglah aku
bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua
bernafas panjanglah
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para aktivis ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili
bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini
mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
jika mereka menulis dengan sobekan daging
laras senapan
dan kubangan darah
baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah
bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati
bangun
dan bernafas panjanglah!
.....................
Puisi tanpa judul.
Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998
Reportase dari Puskesmas
barangkali karena ikan laut yang kumakan ya
barangkali ikan laut.
seminggu ini tubuhku gatal-gatal ya.. gatal-gatal
karena itu dengan lima ratus rupiah aku daftarkan diri ke loket,
ternyata cuma seratus lima puluh
murah sekali oo.. murah sekali!
lalu aku menunggu berdiri.
bukan aku saja.
tapi berpuluh-puluh bayi digendong.
orang-orang batuk
kursi-kursi tak cukup maka berdirilah aku.
"sakit apa pak?"
aku bertanya kepada seorang bapak berkaos lorek kurus.
bersandal jepit dan yang kemudian mengaku sebagai penjual kaos celana pakaian rombeng di pasar johar.
"batuk-pilek-pusing-sesek nafaswah!
campur jadi satu nak!"
bayangkan tiga hari menggigil panas tak tidur
ceritanya kepadaku.
mendengar cerita lelaki itu seorang ibu (40 th) menjerit gembira:
"ya ampun rupanya bukan aku saja!"
di ruang tunggu terjejal yang sakit pagi itu
sakit gigi mules mencret demam semua bersatu.
jadi satu.
menunggu.
o ya pagi itu seorang tukang kayu sudah tiga hari tak kerja.
kakinya merah bengkak gemetar
"menginjak paku!" katanya, meringis.
puskesmas itu demokratis sekali, pikirku
sakit gigi, sakit mata, mencret, kurapan, demam tak bisa tidur,
semua disuntik dengan obat yang sama.
ini namanya sama rasa sama rasa.
ini namanya setiap warga negara mendapatkan haknya
semua yang sakit diberi obat yang sama!
semarang, 86
DALAM KAMAR 6 X 7 METER
mimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataan
tinggal tubuh kurus kering dan cericit tikus
ketika kuterbaring tidur di tikar dan bantal
yang banyak bangsatnya
tak seluruh mimpi-mimpi itu sirna
tersisa juga yang sederhana:
alangkah bahagia aku andai sudah bisa beli minyak tanah
dan menyalakan lampu teplok
lalu membaca buku sampai malam larut
dan menulis
alangkah bahagia aku andai sudah beli kompor dan masak supermi ketika lapar
alangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibu
membeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaran
rokok buat bapak dan lain-lain
lapar memang memalukan!
(tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudaraku yang karena lapar menjadi copet, lonte dan gelandangan tiba-tiba aku merasa lebih kaya timbang mereka rumah punya, nyewa tak apa makan bisa hutang kiri-kanan minum tersedia air sumur umum).
justru hari inilah
ketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meter
di sini ini
aku bersyukur masih sempat nulis puisi
P E N Y A I R
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan tetes darah!
sarang jagat teater
19 januari 1988
*semua puisi dapat dilihat di http://wiji-thukul.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar