Jumat, 24 Oktober 2014

KUMPULAN PUISI WIJI THUKUL

CATATAN

Gerimis menderas tengah malam
ini dingin dari telapak kaki hingga ke sendi-sendi 
Dalam sunyi hati menggigit lagi 
Ingat saat pergi cuma pelukan dan pipi kiri kananmu kucium 
tak sempat mencium anak-anak Khawatir membangunkan tidurnya (terlalu nyenyak) 
Bertanya apa mereka saat terjaga 
Aku tak ada (seminggu sesudah itu sebulan sesudah itu Dan ternyata lebih panjang dari yang kalian harapkan!)
Dada mengepal perasaan 
waktu itu cuma berbisik beberapa patah kata 
di depan pintu kau lepas aku meski matamu tak terima 
karena waktu sempit aku harus gesit 
genap setengah tahun aku pergi 
Aku masih bisa merasakan bergegasnya pukulan jantung dan langkahku karena penguasa fasis yang gelap mata
Aku pasti pulang 
mungkin tengah malam dini mungkin subuh hari 
Pasti dan mungkin 
tapi jangan kautunggu 
Aku pasti pulang dan pergi lagi 
karena hak telah dikoyak-koyak 
tidak di kampus 
tidak di pabrik 
tidak di pengadilan 
bahkan rumah pun mereka masuki 
muka kita sudah diinjak! 
kalau kelak anak-anak bertanya mengapa dan aku jarang pulang 
katakan ayahmu tak ingin jadi pahlawan tapi dipaksa menjadi penjahat oleh penguasa yang sewenang-wenang kalau mereka bertanya "apa yang dicari?" jawab dan katakan dia pergi untuk merampok haknya yang dirampas dan dicuri.

SATU MIMPI SATU BARISAN

di lembang ada kawan sofyan 
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan 
karena mogok
karena ingin perbaikan 
karena upah ya karena upah

di ciroyom ada kawan sodiyah 
si lakinya terbaring di amben kontrakan 
buruh pabrik teh terbaring pucet dihantam tipes 
ya dihantam tipes 

juga ada neni kawan bariah 
bekas buruh pabrik kaos kaki 
kini jadi buruh di perusahaan lagi 
dia dipecat ya dia dipecat kesalahannya : karena menolak diperlakukan sewenang-wenang

di cimahi ada kawan udin buruh sablon 
kemarin kami datang
dia bilang umpama dironsen pasti nampak isi dadaku ini
pasti rusak karena amoniak ya amoniak

di cigugur ada kawan siti 
punya cerita harus lembur sampai pagi 
pulang lunglai lemes ngantuk
letih membungkuk 24 jam ya 24 jam

di majalaya ada kawan eman 
buruh pabrik handuk dulu 
kini luntang-lantung cari kerjaan 
bini hamil tiga bulan kesalahan : karena tak sudi terus diperah seperti sapi

di mana-mana ada sofyan
ada sodiyah
ada bariyah 
tak bisa dibungkam kodim 
tak bisa dibungkam popor senapan 

di mana-mana ada neni
ada udin
ada siti 

di mana-mana ada eman 
di bandung - solo - jakarta - tangerang 
tak bisa dibungkam kodim 
tak bisa dibungkam popor senapan 
satu mimpi satu barisan
(Bandung 21 mei 1992)

PERINGATAN

Jika rakyat pergi ketika penguasa pidato 
kita harus hati-hati barangkali mereka putus asa 
kalau rakyat bersembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri 
penguasa harus waspada dan belajar mendengar 
bila rakyat berani mengeluh 
itu artinya sudah gawat 
dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah 
kebenaran pasti terancam 
apabila usul ditolak tanpa ditimbang 
suara dibungkam kritik
dilarang tanpa alasan 
dituduh subversif
dan mengganggu keamanan 
maka hanya ada satu kata: lawan!

Apa Guna

Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
Dengan kaum cukong

Di desa-desa rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah

Apa gunanya punya ilmu tinggi
Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu

(Wani, Bapakmu Harus Pergi)*

Wani,bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisijawab saja:
”karena bapakku orang berani”

kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga kanan kiri datang
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita

.....................
Puisi tanpa judul.
Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998

(Bernafas Panjanglah)*

bernafas panjanglah
jangan ditelan kalut
bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
bernafas panjanglah
jangan berlarut-larutbernafas panjanglahjangan surut

bernafas panjanglah
walau gelap
bernafas panjanglah
walau pengap

bernafas panjanglah kau,
bernafas panjanglah para korban
bernafas panjanglah aku
bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua

bernafas panjanglah
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para aktivis ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili

bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini

mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
jika mereka menulis dengan sobekan daging
laras senapan
dan kubangan darah

baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah

bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati

bangun
dan bernafas panjanglah!

.....................
Puisi tanpa judul.
Diperkirakan ditulis dalam pelarian antara tahun 1996-1998

Reportase dari Puskesmas

barangkali karena ikan laut yang kumakan ya
barangkali ikan laut.
seminggu ini tubuhku gatal-gatal ya.. gatal-gatal
karena itu dengan lima ratus rupiah aku daftarkan diri ke loket,
ternyata cuma seratus lima puluh
murah sekali oo.. murah sekali!
lalu aku menunggu berdiri.
bukan aku saja.
tapi berpuluh-puluh bayi digendong.
orang-orang batuk
kursi-kursi tak cukup maka berdirilah aku.
"sakit apa pak?"
aku bertanya kepada seorang bapak berkaos lorek kurus.
bersandal jepit dan yang kemudian mengaku sebagai penjual kaos celana pakaian rombeng di pasar johar.
"batuk-pilek-pusing-sesek nafaswah!
campur jadi satu nak!"
bayangkan tiga hari menggigil panas tak tidur
ceritanya kepadaku.
mendengar cerita lelaki itu seorang ibu (40 th) menjerit gembira:
"ya ampun rupanya bukan aku saja!"
di ruang tunggu terjejal yang sakit pagi itu
sakit gigi mules mencret demam semua bersatu.
jadi satu.
menunggu.
o ya pagi itu seorang tukang kayu sudah tiga hari tak kerja.
kakinya merah bengkak gemetar
"menginjak paku!" katanya, meringis.
puskesmas itu demokratis sekali, pikirku
sakit gigi, sakit mata, mencret, kurapan, demam tak bisa tidur,
semua disuntik dengan obat yang sama.
ini namanya sama rasa sama rasa.
ini namanya setiap warga negara mendapatkan haknya
semua yang sakit diberi obat yang sama!

semarang, 86

DALAM KAMAR 6 X 7 METER

mimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataan
tinggal tubuh kurus kering dan cericit tikus
ketika kuterbaring tidur di tikar dan bantal
yang banyak bangsatnya
tak seluruh mimpi-mimpi itu sirna
tersisa juga yang sederhana:
alangkah bahagia aku andai sudah bisa beli minyak tanah
dan menyalakan lampu teplok
lalu membaca buku sampai malam larut
dan menulis
alangkah bahagia aku andai sudah beli kompor dan masak supermi ketika lapar
alangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibu
membeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaran
rokok buat bapak dan lain-lain

lapar memang memalukan!
(tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudaraku yang karena lapar menjadi copet, lonte dan gelandangan tiba-tiba aku merasa lebih kaya timbang mereka rumah punya, nyewa tak apa makan bisa hutang kiri-kanan minum tersedia air sumur umum).

justru hari inilah
ketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meter
di sini ini
aku bersyukur masih sempat nulis puisi

P E N Y A I R

jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan tetes darah!

sarang jagat teater
19 januari 1988


*semua puisi dapat dilihat di http://wiji-thukul.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar